Mangupura, Baliglobalnews
Buda Kliwon Pahang atau yang biasa disebutBudha Kliwon Pegatuwakan merupakan rangkaian terakhir dari pelaksanaan hari raya Galungan & Kuningan. Pegatuwakan sendiri terdiri dari dua suku kata, yakni Pegat (Putus) dan uwakan (Buka)

Menuru Ida Bagus Gede Widnyana, salah seorang tokoh muda yang menekuni bidang adat dan budaya Bali kelahiran Desa Tumbakbayuh Selasa (21/10) mengatakan sebagai bentuk pelaksanaan terakhir hari raya Galungan & Kuningan, umat Hindu menghaturkan sesajen sebagai tanda puji syukur atas anugrahnya sehingga Hari Raya Galungan & Kuningan berjalan dengan selamat. Selanjutnya disertai juga mencabut segala bentuk atribut termasuk penjor, tamiang, kolem, hiasan penjor dibakar, dimasukan dalam bungkak nyuh gading dan ditanam di pekarangan.

Selama rentang waktu Hari Raya tersebut Umat Hindu Bali pantang melaksanakan upacara manusa yadnya seperti potong gigi dan pernikahan. Ditanya bila upacara tersebut sangat mendesak dilaksanakan, halter sebut bias saja dilakukan, namun dalam proses pelaksanaannya, umat yang melaksanakan kegiatan tersebut, harus melakukan beberapa ritual tambahan. Salah satunya yang dikenal dengan istilah Nyaruin Dewasa, yakni menjadikan hari tersebut sebagai dewasaayu, sehingga upacara bias dilakukan dan dampak buruk dari dewasa itu bisa diminimalkan, jawab Ida Bagus Widnyana sambil tersenyum.

Dengan pelaksanaan Buda Kliwon pegatuwakan ini, maka masyarakat sudah bisa kembali melaksanakan berbagai ritual ManusaYadnya yang selama rangkaian hari raya Galungan pantang dilakukan karena periode tersebut dikatakan“Uncal Balung”. Brata pengendalian diri selama hari raya akan menjadi pembelajaran penting untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari – hari. (bgn006)20102111