Denpasar, Baliglobalnews
Sangat penting untuk mengingat prinsip dan gagasan yang diperjuangkan oleh Bung Karno. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bali Wayan Koster saat menutup Bulan Bung Karno VII di Institut Seni (ISI) Bali pada Minggu (29/6/2025). Menurut dia, bangsa Indonesia tidak mungkin dapat berdiri tegak seperti saat ini tanpa perjuangan Bung Karno dan para pendiri bangsa lainnya.
“Jadi Bung Karno yang harus kita pahami adalah bukan milik PDI Perjuangan tetapi milik Bangsa Indonesia,” kata Koster yang juga Ketua DPD PDIP Provinsi Bali tersebut.
Bung Karno, kata dia, mengajarkan Bangsa Indonesia mengenai pengetahuan, pendidikan dan ideologi kebangsaan yang harus terus dipegang teguh oleh para generasi penerus sebagai pedoman jangka Panjang dalam membangun Bangsa Indonesia. “Seperti prinsip Trisakti Bung Karno. Berdaulat secara politik, Berdikari secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan. Tiga landasan ini merupakan prinsip dasar bangsa yang selamanya akan diperlukan oleh Bangsa Indonesia,” katanya.
Gubernur Bali dua periode itu mewanti-wanti masyarakat Bali untuk tidak lupa dengan sejarah. Dia menyampaikan bahwa seluruh masyarakat dapat menikmati kemerdekaan dan menikmati pembangunan bangsa tidak lepas dari perjuangan para pejuang yang telah memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia. “Jas Merah. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah,” ungkapnya.
Dia juga menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Bali karena telah secara konsisten melaksanakan Bulan Bung Karno setiap Tahunnya sesuai dengan Pergub Bali Nomor 19 Tahun 2019. Namun menjadi catatan agar kedepannya perlombaan yang diselenggarakan serangkaian Bulan Bung Karno agar lebih bervariasi dan luas. Dia meminta agar pelaksanaan Bulan Bung Karno selanjutnya lebih hidup dan meriah.
Diketahui pelaksanaan Bulan Bung Karno VII Tahun 2025 di meriahkan dengan serangkaian perlombaan yang dibuka untuk masyarakat umum antara lain Lomba Musikalisasi Puisi Bung Karno ‘Sudah Ber-Ibu Kembali’; Lomba Film Pendek ‘Berdikari Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal Bali’ dan Lomba Flim Dokumenter ‘Ketahanan Budaya Bali Di Tengah Globalisasi.’
Selain itu dalam kesempatan tersebut, Koster juga memberikan klarifikasi terkait beberapa opini yang merebak di masyarakat antara lain adalah PHK dan over tourism yang terjadi di Bali. Menurut dia, tidak benar bahwa PHK yang terjadi disebabkan oleh jumlah wisatawan khususnya wisatawan domestik yang terus menurun di Bali. Menurut dia, jumlah wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun domestic di Bali terus meningkat. Walaupun jumlah wisatawan domestik sedikit mengalami penurunan di awal tahun namun di Juni 2025 jumlahnya telah meningkat pesat selain itu kunjungan wisatawan mancanegara juga mengalami pertumbuhan 10%-12% per hari dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Tapi PHK ada namun bukan berkaitan dengan pariwisata seperti PHK oleh perusahaan coca-cola di Mengwi. Itu karena jenis usahanya memang sudah tidak diperlukan, jadi ditutup,” katanya.
Sementara terkait isu over tourism, menurut dia, Bali masih belum dapat disebut over tourism yang ada adalah wisatawan nakal. Oleh sebab itu, dia telah berkoordinasi dengan Kapolda Bali dan Imigrasi untuk bersama-sama menindak tegas wisatawan nakal yang ada di Bali. “Kalau nakal deportasi, kalau bermasalah hukum ya diproses,” katanya.
Hal itu, kata dia, untuk memberikan efek jera kepada wisatawan agar tertib dan disiplin mematuhi aturan yang ada. Apa yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan. (*/bgn003)25062911