In Memoriam Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Dwija Hari Murti

Denpasar, Baliglobalnews

Seorang sulinggih, Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Dwija Hari Murti, dari Griya Batur Tonjaya, Banjar Sengguan, Kelurahan Tonja, lebar (berpulang) pada Kamis (12/1/2023) di RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah, Denpasar.

Budayawan Putu Suasta mengagumi pemikiran Ida Rsi yang berwawasan global, pluralis dan berorientasi pada humanisme universal.

Alumnus UGM dan Cornell University mengaku mendapat kesempatan menjaga dan berdialog panjang di rumah sakit, sampai meneteskan air mata melihat keadaan sulinggih kita.

“Beliau adalah seorang sulinggih yang selalu hangat, ramah dan pribadi yang menyenangkan. Berpendidikan mancanegara, berbahasa multibangsa, berpengetahuan luas, berpandangan multidimensi, cerdas, kritis dan selalu  teguh dengan prinsip Waisnawa, prinsip spiritualitas dan kemanusiaan Universal,” katanya.

Putu Suasta menyadari, memang kalau sudah sampai waktunya, bagaimanapun keadaan dan situasi manusia dan semua mahluk, dia tidak  kuasa melawan kehendak Takdir semesta. “Jabatan setinggi langit, kaya-miskin, tua-muda, keyakinan  apa saja, semuanya pasti akan sampai di garis finis. Di bumi dan langit ini, tidak ada yang abadi, semuanya akan berlalu. Musim berganti, angin berubah arah. Semua manusia, semua makhluk akan kembali pulang ke asalnya. Semua makhluk memiliki karma dan takdirnya sendiri. Kematian datang kapan saja di setiap kesempatan tanpa menunggu aba-aba, tanpa menunggu waktu, siap atau tidak siap. “Selamat jalan mentor spiritual kita, Ida Rsi Bhujangga Waisnawa  Dwija Hari Murthi. Tidak ada kata dan kalimat yang cukup sempurna untuk menggambarkan sedihnya perjalanan waktu. Semoga jalanmu pulang  dilapangkan ke alam sunialoka, alam keabadian. Om svargantu, moksantu, suryantu, murcantu. Om ksama   sampurna ya namah svaha,” katanya.

Sementara Ketua Panitia Palebonan Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Dwija Hari Murti, dr. Anom Suardika, Sp.OG (K), menyebutkan rangkaian upacara dimulai pada Selasa (24/1) dengan bumi suda alit, dilanjutkan dengan nuasen karya pada Sabtu (28/1) malelet pada Jumat (3/2), masucian ke Beji pada Minggu (5/2), dan puncak karya palebonan pada Jumat (10/2).

Suardika menyebutkan pada puncak karya seperti malelet dan palebonan akan banyak warga masyarakat yang terlibat. Mengingat lokasi griya di Jalan Seroja yang berada di lingkungan sangat padat lalu lintas, pihaknya akan menutup jalan. “Demi lancarnya acara dan perjalanan masyarakat tidak terganggu, kami terpaksa menutup sementara arus lalu-lintas di Jalan Seroja mulai dari depan SD 1 Tonja hingga persimpangan Jalan Seroja – Jalan Gatot Subroto. Karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami memohon maaf,” tandasnya. (bgn003)2301204

idarsibhujanggawaisnawadwijaharimurti
Comments (0)
Add Comment