Denpasar, Baliglobalnews
Manggala Utama Pakis Bali, Ny. Koster, mengajak semua pihak untuk bersama-sama mengawasi perkembangan budaya dan adat- istiadat yang sejak dahulu kala sudah dijaga dan dirawat oleh para leluhur kita.
Hal itu dikemukakan Ny. koster ketika membuka webinar dharmatula Paiketan Krama Istri (Pakis) MDA Provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan se-Bali yang dilaksanakan secara hybrid, di Gedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, pada Rabu (9/2).
“Jangan sampai karena ulah segelintir oknum, budaya yang sakral berubah menjadi budaya tontonan yang digunakan untuk menghibur masyarakat. Seperti misalnya tari joged yang mengalami peralihan gerak, yang sebagian besar ditarikan tanpa estetika seni dan etika,” katanya.
Menurut Ny. Koster, selain tarian joged, pemberdayaan dan pelestarian tarian Rejang juga harus mendapat perhatian karena banyak terjadi peralihan. Yang dari awal tari Rejang merupakan tarian sakral masing-masing daerah yang memiliki dua atau lebih tari Rejang untuk ditampilkan saat piodalan, sekarang mulai beralih satu tarian Rejang yang ditarikan di mana-mana (beberapa wilayah atau kabupaten/desa di Bali.
“Jangan sampai di Bali ini satu tari Rejang ditarikan di mana-mana, namun yang seharusnya dilakukan adalah tari Rejang itu dimiliki satu wilayah atau kabupaten yang disakralkan dan kemudian ditarikan saat ada momentum upacara tertentu. Karena seperti yang kita ketahui bahwa filosofi tari Rejang adalah sebagai kepercayaan dimana saat itu sedang turun bidadari dari kahyangan yang juga menyambut para dewa dan leluhur saat piodalan di pura tertentu sedang berlangsung,” katanya.
Webinar dihadiri dua narasumber, yakni Kepala Dinas Pemajuan Desa Adat (PMA) Provinsi Bali IGAK Kartika Jaya Seputra dan juga Manggala (Ketua Harian) Pakis Bali Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusuma Wardhani.(bgn)22020910