Ajak Mahasiswa Unud Jadi Agen Perubahan, Duta PSBS Padas Putri Koster Tekankan Pentingnya Pemilahan Sampah dari Sumber

Denpasar, Baliglobalnews

Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber Palemahan Kedas (PSBS Padas) Provinsi Bali Ny. Koster mengajak ribuan mahasiswa Universitas Udayana (Unud) untuk menjadi agen perubahan dalam penanganan sampah berbasis sumber. Ajakan ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Webinar Percepatan Penanganan Sampah Plastik Sekali Pakai yang digelar oleh LPPM Universitas Udayana secara daring dari Jayasabha, Denpasar, pada Selasa (8/7/2025).

Ny. Koster menyoroti kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung yang sejak 41 tahun terakhir menampung sampah dari empat kabupaten/kota di Bali. Akibat volume sampah yang terus meningkat, TPA Suwung kini dalam kondisi darurat, menimbulkan bau menyengat dan merusak estetika Bali sebagai destinasi wisata dunia. “Kita tidak bisa terus bergantung pada pola lama, buang dan angkut. Harus ada perubahan pola pikir dan tindakan. Dimulai dari diri-sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar,” tegasnya.

Dia menitipkan misi penting kepada 2.383 mahasiswa Unud yang akan mengikuti kuliah kerja nyata (KKN) di 214 desa se-Bali untuk mensosialisasikan dan menerapkan pola pemilahan sampah dari sumber. “Sebagian besar sampah yang kita hasilkan adalah organik, baik dari dapur maupun kebun. Tapi selama ini tidak kita pilah, langsung kita serahkan ke petugas kebersihan untuk dibuang ke TPA Suwung. Pola ini harus diubah sekarang,” ujarnya.

Dia mendorong agar sampah organik dikelola sendiri di rumah menggunakan lubang komposter, sehingga menjadi pupuk alami. Sementara sampah anorganik seperti plastik, logam, dan kaca dikumpulkan secara terpisah untuk disalurkan ke TPS3R, TPST, atau bank sampah terdekat. “Dengan mengelola sampah organik dari rumah, kita bisa mengurangi beban sampah hingga 65%. Ini bukan sekadar kebersihan, ini soal menyelamatkan lingkungan dan generasi masa depan,” katanya.

Dia juga menegaskan bahwa mulai Agustus 2025, TPA Suwung tidak lagi menerima sampah organik, dan akan ditutup total pada Desember. Karena itu, ia mengajak seluruh lapisan masyarakat, termasuk kalangan industri dan rumah tangga, untuk berhenti berpikir bahwa sampah adalah sesuatu yang harus dibuang. “Sampah bukan untuk dibuang, tapi untuk dikelola. Kalau kita tidak berani disiplin sekarang, maka kita mewariskan racun dan penyakit kepada tetangga dan anak cucu kita,” tegasnya.

Guru Besar Unud Yenni Ciawi turut menyampaikan bahwa pemilahan sampah dapat dilakukan dengan empat prinsip sederhana: Pilah sebelum dibuang; Buang sesuai jenisnya (organik atau anorganik); Pilah dari awal agar sampah bernilai dan Hindari mencampur sampah di tempat yang sama. “Kalau dicampur, maka akan muncul sampah residu yang tidak bisa diolah. Semakin kita disiplin, semakin besar peluang sampah itu bermanfaat,” jelasnya.

Kegiatan ini menggambarkan komitmen serius Bali dalam mewujudkan pengelolaan sampah berkelanjutan, sekaligus menanamkan budaya sadar lingkungan sejak dini kepada generasi muda. (*/bgn003)25070914

dutapsbsny.kosterpemilahansampah
Comments (0)
Add Comment
This open-source AI writing assistant: source.