Tabanan, Baliglobalnews
Warga di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung, Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, kembali mengeluhkan kepulan asap yang mengganggu pernapasan mereka sejak tiga minggu terakhir. Kondisi ini diperparah oleh awal musim kemarau yang membawa hawa panas, memicu kekhawatiran akan dampak kesehatan jangka panjang.
Menurut warga yang sudah lima tahun tinggal di sekitar TPA, Ratna mengatakan bahwa sisa bara api dari kebakaran besar Oktober 2023 belum sepenuhnya padam dan kembali menimbulkan asap tebal akibat panas kemarau. “Sebelumnya, asap memang kadang-kadang muncul tetapi tidak setebal dua Minggu ini. Saya sudah terbiasa dengan kondisi ini, jadi kalau asap sedang tebal, baru saya pakai masker,” ujar Ratna saat ditemui pada Rabu (30/4/2025).
Kekhawatiran serupa juga dirasakan oleh Dewi (34), warga yang tinggal di selatan TPA. Dia cemas dampak asap TPA Mandung terhadap kesehatan, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). “Khawatir dengan asap kebakaran TPA Mandung, karena asapnya itu kan mengganggu ISPA ya, apalagi anak saya sempat kemarin, 2 minggu lalu dia sakit, saya khawatirkan gara-gara asap itu terus. Apalagi anak kecil lagi rentan kan,” katanya.
Dewi menyebutkan bahwa warga setempat telah beberapa kali menyampaikan keluhan terkait asap ini, bahkan dengan bukti foto yang diambil hampir setiap hari. “Sudah ada aduan dari warga setempat terkait kejadian tersebut Sudah difoto hampir tiap hari ada warga yang foto mungkin komplain. Namun belum ada tindakan yang maksimal,” ungkapnya.
Dewi berharap pemerintah daerah segera bertindak cepat mengatasi masalah ini. “Kalau bisa api dipadamin ya. Karena sudah cukup lama sih. Semoga pemerintahnya cepat tanggap ya, cepatnya,” ujarnya.
Sementara Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) TPA Mandung, I Wayan Atmaja, menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan upaya pendinginan dengan menyiram air ke titik-titik api. “Ada beberapa titik api dan asap. Masih masa pemulihan pasca kebakaran dulu. Kami terus melakukan penyiraman,” katanya.
Atmaja mengakui bahwa memasuki musim kemarau, potensi munculnya titik api, terutama di lereng gunungan sampah, menjadi lebih tinggi. Kondisi ini menyebabkan peningkatan intensitas asap yang kemudian menyebar ke pemukiman warga di desa-desa sekitar dan perumahan. “Dampaknya terasa di desa-desa sekitar dan perumahan. Penyebaran asap juga tergantung arah angin. Biasanya dari pukul 11 siang hingga 4 sore angin bertiup ke utara, sedangkan pagi hari cenderung ke selatan atau timur,” katanya. (bgn020)25043006