Almarhum Ketut Sundria di Mata Sugawa Korry
Mangupura, Baliglobalnews
Bali kembali kehilangan putra terbaiknya. Mantan Bupati Tabanan yang juga mantan Ketua DPD Partai, Ketut Sundria, berpulang Senin (21/9) setelah sempat dirawat di RS Gatot Subroto.
Rasa kehilangan bukan hanya dirasakan pihak keluarga, Ketua DPD Golkar Bali, Sugawa Korry, juga sangat merasa kehilangan seorang sosok pemimpin Bali, almarhum Ketut Sundria (Brigjen Pur).
Bagi Sugawa Korry, Ketut Sundria adalah Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali yang tidak pernah takut menghadapi tekanan massa.
“Almarhum menjabat sebagai Ketua DPD Partai Golkar Bali periode 1993-1998. Pada tahun 1997-1999, beliau juga Ketua DPRD Provinsi Bali. Beliau ditetapkan sebagai Ketua Golkar Bali setelah dipandang sukses sebagai Bupati Kabupaten Tabanan selama dua periode.
Menurut Sugawa, pada masa kepemimpinan beliau di Golkar sangat akomodatif, demokratis, akrab dan kekeluargaan serta merakyat. “Pada masa kepemimpinan beliau, tekanan terhadap Partai Golkar sangat berat, di tengah- tengah suasana reformasi.
Setiap hari, di DPRD harus menerima demo besar-besaran, menaikkan dan menurunkan bendera di hal Kantor DPRD sesuai permintaan demonstrans. Satu hal yang saya kagumi, dalam suasana seperti itu, setiap hari saya dampingi beliau dengan beberapw teman fraksi. Beliau tidak pernah tunjukkann wajah dan perasaan takut dan khawatir.
Selalu hadir di kantor, sehingga saya dan beberapa teman juga tidak pernah merasa takut. Suatu saat, sayw dipanggil oleh beliau bersama beberapw teman. Di sana beliau bertanya, apa sekarang sudah tidak ada Golkar? Coba tunjukkan sekarang, apa masih ada Golkar?” kata Sugawa mengenang masa-masa itu.
“Akhirnya saya dengan beberapa teman konsolidasi, dan bisa menghadirkan sekitar 2.000 kader adakan demo “Forum Pembela Reformasi Konstitusional (FPRK), dengan korlap Saudara IGN Anom Masta. Dan di DPRD yang terima demo saya sendiri.
Demo berjalan damai, walaupun besoknya mendapat kritik sebahai demo tandingan. Bagi kami, kader pada saat itu, hanya ingin tunjukkan bahwa Golkar masih ada. Dan tekanan terhadap orde baru dan Golkar terasa semakin berat. Sampai pada puncak demo, kita harus menerima tokoh-tokoh demonstrans Bali di ruangan Ketua DPRD Bali.
Astungkara, saya masih sempat dampingi beliau, dan masa yang masuk ke ruangan sudah tidak terkendali. Puji syukur,dialog berjalan sangat panas dan alot. Syukur tidak terjadi insiden apa-apa. Saya yakin itu berkat keberanian, ketenangan dan tanggung jawab beliau sebagwi Ketua DPRD pada saat itu. Kami berbangga bisa dampingi dan mengawal beliau sampai dengan akhir masa tugasnya.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan beliau, sebagai kader Golkar ,kami bersyukur dan berbangga atas kepemimpinan beliau. Saat ini, beliau telah dipanggil oleh Tuhan Yang Maha Esa, semoga amal bhakti, serta pengabdian beliau diterima oleh-Nya, dan keluarga yang ditinggalkannya tabah menghadapi cobaan ini. Dumogi Amor ing Acintya,” katanya.(bgn123)20092233