Media Informasi Masyarakat

Yayasan Padukuhan Sri Candra Bherawa Layani bagi Umat Hindu Tengger, Gelar Rsi Gana dan Pujawali

Probolinggo, Baliglobalnews

Yayasan Padukuhan Sri Candra Bherawa, Denpasar, melayani umat Hindu di Tengger yang melaksanakan upacara rsi gana, mendem pedagingan, melaspas dan ngaturang pujawali di Pura Kahyangan Jagat Mulya Bhakti Titi Luhur  Dusun Cerbeksari, Desa Sumberanom, Kecamatan Sumber, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Upacara ngenteg linggih yang dirangkaikan piodalan tersebut digelar bertepatan Tilem Kanem, Sabtu (4/12).

Tak hanya pujawali, dalam pelaksanaan upacara kali ini juga digelar upacara matatah serta pawintenan pemangku dan serati. Rangkaian upacara dipuput sadhaka Siwa-Buddha, Ida Pandita Dukuh Celagi Daksa Dharma Kirti dan Ida Bhagawan Viveka Dharma Tarukan, serta Romo Dukun Pandita setempat.

Upacara tersebut berkaitan dengan telah selesainya penataan pelinggih di pura tersebut. Umat Hindu Tenggar pun sangat antusias menyambut upacara ini. Mereka bersyukur atas rampungnya pembangunan pura dan telah terlaksananya upacara rsi gana dan pujawali di Pura Mulya Bhakti Titi Luhur.

Pura Kahyangan Jagat Mulya Bhakti Titi Luhur merupakan salah satu pura penting yang menjadi pusat peribadatan umat Hindu Tengger. Saat ini pura ini diempon 393 KK umat Hindu di kawasan Tengger. Pura ini sebenarnya telah lama berdiri. Kini, kahyangan ini semakin lengkap setelah berdirinya Gedong Candi Kabuyutan, Arca Roro Anteng dan Joko Seger, Arca Rsi Dadap Putih, dan Arca Hyang Ismoyo.

Ketua Yayasan Padukuhan Sri Candra Bherawa, Jero Mangku Ketut Suryadi, menyampaikan, terselenggaranya upacara ini berawal dari keinginan pengempon pura. Salah seorang pemuka agama setempat, Mangku Sujarwo, menyampaikan keinginan umat Hindu setempat untuk memperbaiki kahyangan yang telah ada. Tujuannya untuk meningkatkan srada dan bakti umat dalam menjalankan agama Hindu dengan tetap mengedepankan local genius atau tradisi setempat.

“Kami dari Yayasan pun menyambut baik atas keinginan masyarakat Hindu Tengger itu. Setelah diskusi yang intens Ida Pandita Dukuh Celagi selaku pembina Yayasan Padukuhan Sri Chandra Bhaerawa dengan pengempon pura, akhirnya disepakati untuk melengkapi pura dengan beberapa pelinggih. Selanjutnya digelarlah upacara ini,” tutur Jero Mangku Suryadi.

Pembangunan Gedong Candi Kabuyutan dimaksudkan untuk memiliki fungsi seperti halnya pelinggih Kemulan bagi umat Hindu Bali. Jadi, bangunan suci ini berfungsi sebagai tempat menstanakan roh suci leluhur setelah upacara entas-entas (ngaben). “Tetap mengedepankan local genius. Kami hanya melengkapi berdasarkan sastra kegiatan upacara yadnya tersebut. Konsepnya tidak mem-Bali-kan Jawa,” ucapnya.

Terkait Arca Roro Anteng dan Joko Seger, Jero Mangku Suryadi mengungkapkan, kedua arca itu sebagai simbol leluhur (purusa dan pradana) masyarakat suku Tengger. Demikian pula Rsi Dadap Putih dipercaya sebagai leluhur umat Hindu Tengger. Kemudian, Arca Ismoyo sebagai bentuk penghormatan kepada Hyang Ismoyo yang dalam mitologi Jawa dipercaya sebagai penjaga tanah Jawa.

Jero Mangku Ketut Suryadi mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Hindu Tengger, khususnya pangempon Pura Mulya Bhakti Titi Luhur. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pengurus PHDI Jatim, Dirjen Bimas Hindu (Direktur Keagamaan) dan Pembimas Hindu Jatim, Peradah, Prajaniti, serta PSN Jatim yang hadir dalam upacara tersebut. “Semoga pelayanan kami memberi manfaat bagi saudara Hindu Tengger,” tutupnya. (bgn003)21120601

Comments
Loading...