Hari Baik Dewasa Ayu Menurut Hindu
Tumbakbayuh, Bali Global News
Aktivitas umat Hindu di Bali dalam melakukan suatu kegiatan selalu memperhatikan hari baik dan buruk (ala ayuning dewasa) sesuai dengan kalender Bali.
Menurut Ida Bagus Gede Widnyana, tokoh muda sekaligus Bendesa Adat Tumbakbayuh, Kecamatan, Mengwi. Pemilihan hari baik dan buruk itu berdasarkan pada perhitungan wariga dan dewasa. ”Perhitungannya lumayan rumit, sehingga jarang masyarakat Bali yang hapal cara menggunakan wariga dan dewasa tersebut. ”Biasanya yang menjadi dasar penentuan dewasa oleh masyarakat di Bali adalah kalender Bali yang banyak dijual umum,” katanya ketika ditemui di kediamannya Minggu (12/7).
Dia menyebutkan padewasan sehari-hari hanya berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
1. Pawukon (Ingkel, Rangda Tiga, Tanpa Guru, Was Penganten, dan lain-lain).
2. Tri Wwara (Pasah untuk memisahkan, Beteng untuk mempertemukan, Kajeng untuk wasiat ).
3. Sapta Wara (Soma/Senin, Budha/Rabu dan Sukra/Jumat. Yang lainnya termasuk kurang baik).
4. Sanga Wara (yang terbaik adalah Tulus dan Dadi ).
5. Dauh Inti, berlaku pada waktu atau jam tertentu saja, dari jam sekian sampai dengan sekian saja .
Perhitungan Wariga
Ingkel (pantangan) mulai dari Redite (Minggu) dan berakhir pada Saniscara (Sabtu) yang berlaku 7 hari.
Bilangan wuku dibagi 6, sisa : 1 = Wong (yang berhubungan dengan manusia).
Sisa 2 = Sato (yang berhubungan dengan hewan).
Sisa 3 = Mina (yang berhubungan dengan ikan).
Sisa 4 = Manuk (yang berhubungan dengan burung atau unggas.
Sisa 5 = Taru (yang berhubungan dengan tumbuhan berkayu).
Sisa 6 = Buku (yang berhubungan dengan tumbuhan berbuku .
”Lancar tidaknya suatu kegiatan dipercaya oleh masyarakat Hindu di Bali ditentukan oleh padewasan,” katanya. (bgn/wid)20071204
(bersambung minggu depan)