Danone-Aqua Bersama Komunitas Malu Dong Ajak 800 Masyarakat di Hulu Sungai Atasi Masalah Sampah di Bali
Badung, Baliglobalnews
Bali memiliki tantangan dalam pengelolaan 1,5 juta ton sampah per tahun, yang 50% berasal dari tiga wilayah yaitu Denpasar, Badung dan Gianyar. Masalah yang timbul di ketiga daerah ini dan di sebagian besar pesisir pantai Pulau Bali, bukan hanya dari sampah yang dihasilkan masyarakat yang tinggal di daerah tersebut, namun juga sampah-sampah yang ikut terbawa di kurang lebih 3.500 km aliran sungai di Bali.
Hal itu disampaikan Director of Sustainable Development, Danone-Aqua Indonesia, Karyanto Wibowo, dalam siaran persnya yang diterima Redaksi Baliglobalnews pada Kamis (28/4).
Karyanto Wibowo menyatakan dengan 90 persen dari seluruh masyarakat Bali tinggal dalam jarak 1 km dari akses air baik sungai, danau atau pantai, tentu membuat masalah penanganan sampah di Bali semakin pelik. Telah dilaporkan bahwa sekitar 33.000 ton sampah plastik bocor ke saluran air setiap tahun.
“Fakta tersebut membuat Danone-Aqua dan Komunitas Malu Dong percaya adanya kebutuhan mendesak untuk mengubah perilaku masyarakat dalam cara mereka membuang dan mengelola sampah, dimulai dari titik hulu aliran air di Bali, yaitu di daerah pegunungan,” katanya.
Dia menyebutkan masyarakat di Bali memiliki keyakinan bahwa kehidupan manusia juga erat hubungannya dengan keberlangsungan hidup semua makhluk, dan air sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan. “Untuk itu, upacara ‘nyegara gunung’ yang selalu dilakukan masyarakat Bali harus menjadi semangat dalam praktik kehidupan sehari-hari saat kita bersama menjaga aliran air mulai dari hulu (pegunungan) hingga hilir (lautan atau segara). Tema inilah yang diangkat dalam kegiatan ulang tahun ke-13 Komunitas Malu Dong Buang Sampah Sembarangan, yang mengambil lokasi di Pura Ulun Danu Batur, Desa Songan, Kintamani,” katanya.
Dipilihnya lokasi tersebut, kata dia, juga karena letaknya yang di pegunungan dan tepat di pinggir Danau Batur yang airnya akan mengaliri sungai-sungai di Pulau Bali dan berakhir di lautan.
Dalam acara perayaan ke -13 ini, lanjutnya, Komunitas Malu Dong berhasil mengajak 800 orang untuk terlibat, baik dari pengurus Komunitas Malu Dong, perwakilan sekolah-sekolah dan pemuda-pemudi di daerah setempat, sehingga diharapkan nantinya mereka akan menerapkan upaya penanganan sampah dalam kehidupan sehari-hari.
“Sebagai salah satu perusahaan yang berkomitmen terhadap lingkungan, Danone-Aqua, yang dikenal dengan usahanya dalam mendorong ekonomi sirkular melalui gerakan #BijakBerplastik, ikut ambil bagian dalam upaya bersih-bersih ini. Kerjasama antara Danone-AQUA dan Komunitas Malu Dong telah dimulai sejak 2019 yang berfokus pada upaya edukasi dan pengumpulan sampah plastik (collection),” katanya.
Karyanto Wibowo mengatakan upaya yang dilakukan oleh Komunitas Malu Dong sejalan dengan upaya nyata Danone-Aqua dalam menciptakan ekonomi sirkular. “Danone-Aqua sendiri telah memulai upaya pengelolaan daur ulang limbah plastik dalam gerakan Aqua Peduli sejak tahun 1993 yang terus dilanjutkan hingga pada tahun 2018. Kami menyadari pentingnya upaya bersama dalam menanggulangi sampah plastik melalui gerakan #BijakBerplastik. Kami yakin gerakan #BijakBerplastik dapat membangun solusi inovatif, komprehensif dan kolaboratif untuk menjawab tantangan penangan sampah plastik,” katanya.
Dalam #BijakBerplastik, pihaknya berfokus pada tiga langkah penting, dimulai dari pengembangan ekosistem pengumpulan sampah plastik (collection), edukasi bagi konsumen untuk turut bertanggung-jawab atas sampah plastik yang dihasilkan seperti yang kami akan terus lakukan bersama Komunitas Malu Dong untuk mengedukasi masyarakat terutama anak sekolah memakai modul buku Samtaku (Sampahku Tangung Jawabku). “Satu lagi Langkah penting yang kami lakukan dalam #BIjakBerplastik adalah inovasi akan kemasan yang digunakan serta terus berinovasi dalam pengelolaan sampah plastik seperti membawa hasil kumpulan sampah dari aktivitas kita di sini ke fasilitas TPST Samtaku di Jimbaran untuk didaur ulang. Semua yang kami lakukan saat ini akan dilakukan secara konsisten dan terus disempurnakan sesuai perkembangan teknologi yang ada, sehingga mengurangi limbah plastik ke lingkungan, sekaligus mewujudkan visi global Danone – One Planet, One Health,” tandasnya.
Menurut Karyanto Wibowo, upaya membersihkan sampah di hulu sungai akan membantu mewujudkan komitmen pemerintah Indonesia dalam mengurangi sampah plastik ke lautan sebesar 70% pada tahun 2025, sekaligus sebagai berkomitmen pada pendekatan ekonomi sirkular Danone-AQUA secara holistik.
Komang Sudiarta, Pendiri Komunitas Malu Dong menyuarakan hal serupa. “Menanggulangi masalah limbah plastik harus dilakukan bersama-sama dan konsisten sehingga hasilnya akan lebih berdampak bagi kita semua. Untuk itu kami selalu terbuka untuk mengajak berbagai pihak untuk bekerjasama, seperti kerjasama dengan Danone-Aqua yang selalu ikut membantu kami dalam program edukasi terutama bagi generasi muda. Kami sepakat ingin membangun generasi masa depan yang sadar akan pentingnya pengolahan sampah lebih baik. Sejak dimulainya program kami di Desa Songan hingga saat ini, kami telah mengedukasi menggunakan buku panduan Samtaku kepada 9 sekolah baik tingkat dasar hingga menengah serta pemuda-pemudi setempat. Mereka adalah bagian penting dalam perubahan perilaku masyarakat untuk mulai mengelola sampah pada sumbernya seperti di rumah dan kawasan pemukiman,” katanya. (bgn003)22042807