Ketua ICPI Bali: Ke Depan Bali Tak Mutlak Bertumpu pada Pariwisata

Badung, Baliglobalnews

Ketua ICPI (Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia) Wilayah Bali,  Dr. Drs. I Putu Anom, B.Sc,. M.Par., mengatakan ke depan perekonomian

Bali sudah seharusnya tidak mutlak bertumpu pada sektor pariwisata. Pasalnya, pariwisata sangat rentan dipengaruhi oleh bencana alam, kesehatan seperti merebaknya berbagai penyakit, kondisi politik yang kurang kondusif, masalah keamanan dan kenyamanan.

“Pada dasarnya orang yang berwisata itu menginginkan untuk menikmati hal-hal baru dari rutinitas kehidupan di daerah atau negara asalnya. Orang yang berwisata itu tentunya orang yang ingin bersenang-senang, menikmati ketenangan, kedamaian, kesejukan, sehingga mereka dapat merasakan    pemulihan kesehatan, kebahagiaan lahir-batin,” katanya Jumat (31/12) ketika dimintai tanggapan pernyataan Menko Erick Thohir beberapa waktu lalu yang menyebutkan pariwisata Bali sudah tua

Menurut Akademisi Pariwisata Unud itu, sebelumnya perekonomian Bali memang dilihat dari PDB (Product Domestic Bruto) diperkirakan 70% sumbangan dari sektor pariwisata. Dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengakibatkan terpuruknya sektor pariwisata, dengan sendirinya berakibat pada merosotnya perekonomian Bali sampai tingkat pertumbuhan ekonomi paling terkontraksi rata-rata -9.31% pada tahun 2020. “Ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi, baik nasional maupun provinsi-provinsi lain yang terkontraksi sekitar -3%,” katanya.

Tahun 2021 ini pun, kata dia, perekonomian Bali masih lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional dan baru pada triwulan terakhir ini mulai sedikit menggeliat dengan mulai meredanya pandemi Covid-19 dan adanya peningkatan kunjungan wisatawan domestik terutama menjelang hari Natal dan Tahun Baru (Nataru).

Menurut mantan Dekan Fakultas Pariwisata Unud itu, ke depan Bali seharusnya menyeimbangkan semua sektor yang ada, baik sektor primer maupun sekunder dan tentu tidak berarti meninggalkan sektor pariwisata sebagai sektor tersier, karena sudah banyak sekali investasi yang tertanam di sektor pariwisata. “Memang harus diakui keunggulan Bali dengan keindahan alamnya disertai keunggulan budayanya yang unik dan otentik yang bersumber dari nilai-nilai luhur agama Hindu yang tidak ditemukan di tempat lain yang sudah terbukti keindahan alam dan budaya Bali yang adiluhung itu menjadi daya tarik wisata utama di Bali,” katanya.

Dia mengingatkan pihak terkait bahwa wilayah Bali yang hanya sekitar 5.700 kilometer persegi dengan sumber daya alam yang terbatas tentu harus dikelola secara cermat. “Tidak boleh wilayahnya banyak dieksploitasi, berapa seharusnya luas hutan yang wajib dipertahankan, tidak boleh lagi terlalu banyak mengubah bentang alam, tidak boleh lagi banyak alih fungsi lahan. Lahan terbuka hijau harus diperluas termasuk di wilayah perkotaan. Sistem tata kelola drainase dan fungsi lahan harus dibenahi untuk meminimalisir bencana seperti bencana banjir yang intensitasnya mulai meningkat belakangan ini, termasuk abrasi wilayah pesisir pantai yang sudah merobohkan beberapa bangunan yang melanggar sempadan pantai. Bangunan yang melanggar sempadan danau, sungai dan jurang pun akan tertimpa bencana,” kata pria asal Desa Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, itu.

Kalau mengembangkan sektor pertanian, kata dia, jangan konotasinya pertanian tanaman padi saja. Tentunya yang harus dikembangkan sektor pertanian dalam arti luas (pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan) yang seharusnya mendapat prioritas.

“Dikembangkan tentunya harus didukung anggaran Pemerintah Pusat maupun daerah supaya bisa petani meningkatkan produktivitasnya dan pengembangan pascapanen sehingga bisa memenuhi kebutuhan domestik Bali serta lebih lanjut bisa terjual menjadi komoditi perdagangan antardaerah, bahkan bisa menjadi komoditi ekspor,” katanya.

Pembinaan kepada petani, lanjutnya, harus dari hulu sampai hilir, dari awal proses produksi sampai proses pemasaran yang tentunya harus mengikuti perkembangan teknologi digital agar produksi yang dihasilkan tidak terbatas hanya peningkatan kuantitas dan diversifikasi produk pertanian tetapi harus memenuhi standar kualitas agar produk yang dihasilkan bisa bersaing di pasaran.

Dalam pandangan mantan Anggota Badan Promosi Pariwisata Daerah Kabupaten Badung itu, pengembangan industri kecil dan menengah (UMKM) terus ditingkatkan, baik kuantitas maupun kualitasnya, agar mampu bersaing di pasar domestik maupun menjadi komoditi ekspor. “Demikian pula pemerintah perlu meningkatkan SDM masyarakat lokal Bali, terutama generasi muda agar mampu berinovasi mencari potensi-potensi yang memungkinkan bisa dikembangkan produk-produk baru sehingga generasi muda Bali bisa mencari peluang bisnis yang tentunya mampu menjadi wirausaha-wirausaha muda yang tangguh yang mampu menguasai teknologi terkini sehingga dimasa depan bisa menjadi generasi yang mampu meningkatkan perekonomian Bali dan menjadi tuan rumah di rumahnya sendiri,” tandasnya. (bgn003)21123102

ketuaICPIbalipariwisatabali
Comments (0)
Add Comment
Learn how this AI engine works locally.