Dampak Pandemi Covid-19, Permintaan Kain Endek Prada Khas Bangli Terjun Bebas Hingga 50 Persen

Denpasar, Baliglobalnews

Dampak pandemi Covid-19 yang hingga saat ini terus terjadi membuat omzet penjualan endek prada, khas Bangli yang dibuat Agung Bali Collection, alami terjun bebas hingga 50 persen. Dimana, sebelum pandemi pernah mencatat omzet sampai Rp3 miliar dalam sebulan. Dimana, konsumennya rata-rata dari luar Bali bahkan hingga mancanegara.

“Pandemi ini memang penurunan omzet. Dahulu perbulan sampai Rp3 miliar, tapi sekarang turun 50 persen,” kata Owner Agung Bali Collection, AA Indra Dwipayani saat ditemui di rumah produksinya, Minggu (5/9/2021).

Dwipayani menambahkan, saat ini pihaknya lebih fokus pada tenun endek prada meskipun tetap melayani tenun endek jenis lain. Apalagi menurutnya tenun endek prada ini sangat diminati di luar Bali. “Di Bali pembeli untuk endek prada ini normal, kebanyakan (dipakai) wedding. Di luar Bali banyak dan dipakai sehari-hari dan mereka biasa menggunakan endek prada ini,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, saat ini dirinya tengah menyelesaikan pesanan tenun endek prada 4.000 meter dari Malaysia. Menurutnya, dalam sebulan pihaknya bisa menyelesaikan minimal 300 pcs dan maksimal 500 pcs tenun endek prada yang masih dikerjakan dengan cara tradisional. 

Di tempatnya saat ini, ia mempekerjakan 30 tenaga tetap dan dibantu 50 orang tenaga lepas. Dirinya juga mempekerjakan siswa yang kurang mampu. Saat ini dari 30 pekerja tersebut, 12 di antaranya merupakan siswa yang kurang mampu, dimana mereka membantu saat pulang sekolah. “Dengan hal kecil ini, semoga bisa bermanfaat besar bagi mereka,” katanya.

Untuk pemasarannya, dilakukan dengan sistem online dan offline. Customer bisa mendatangi langsung store offline di kawasan Jalan Tukad Unda, Panjer, Denpasar. Namun, imbuh dia, penjualan secara offline ini mengalami penurunan bahkan hingga 80 persen. Sementara untuk penjualan belakangan ini didongkrak dengan sistem online. “Store-nya ada di Denpasar tapi sepi, bisa dihitung yang datang. Untuk online tetap jalan walaupun masih belajar, astungkara meningkat setiap bulan pemesanan via online ini,” ungkapnya.

Diakuinya, semua capaiannya ini berkat binaan dari Bank Indonesia. Pihaknya dibina dari saat usahanya masih kecil. “Saat saya masih punya 12 pcs tenun endek sudah dibina BI dalam hal SDM, manajemen, keungan serta pemasaran,” tuturnya.

Kendati terbilang sukses, usahanya tak lepas dari beragam kendala. Terutama soal harga benang yang naik setiap bulannya, selain omzet yang menurun. “Saya beli benangnya dari distributor di Denpasar tapi aslinya impor dari India. Mempertahankan pegawai dengan omzet yang turun juga jadi tantangan saya,” katanya.

Lebih lanjut untuk hasil tenunnya, sudah diekspor hingga ke 56 negara diantaranya New York, Panama, Australia, Malaysia, Jepang, Vietnam, hingga Suriname. Harga endek yang dijual ini berkisar dari Rp 250 ribu hingga Rp 3 juta perpotongnya. “Tenun endek prada ini diminati orang luar karena khas Bali. Mereka juga bangga dengan Bali serta produknya dengan ciri khas Bali ini,” kata dia.

Selain memproduksi endek, pihaknya juga memproduksi masker endek saat pandemi awal. Sebanyak 4.203 buah masker laku terjual saat awal-awal pemerintah mewajibkan menggunakan masker. Dari penjualan masker tersebut ia memperoleh omzet hingga Rp 1,2 miliar. “Kalau harga maskernya sendiri mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp250 ribu per pcs,” katanya.(bgn008)21090506

covid19dampakpandemiendekpradakhasbangli
Comments (0)
Add Comment