Bangli, Baliglobalnews
Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, hadir di tengah-tengah krama Banjar Adat Pandan, Desa Adat Selulung, Kecamatan Kintamani, Bangli saat menggelar upacara pitra yadnya (nyuasta geni) ngaben dan nyekah kinambulan, yang rutin dilaksanakan setiap lima tahun sekali secara bersama-sama pada Jumat (2/9/2023). Pada kesempatan tersebut sebagai bentuk dukungan untuk upacara, Bupati Nyoman Giri Prasta secara pribadi memberi bantuan dana Rp 25 juta.
“Dalam pelaksanaan upacara pitra yadnya nyekah kinambulan yang dilaksanakan lima tahun sekali ini yang dapat dibilang agate, watemana, anegata yang dalam istilah biasa dibilang ane pidan (dahulu), ane jani (sekarang), ane lakar teka (yang akan datang). Yang dahulu bagus dilestarikan yang jelek dibuang, yang sekarang bahagia, yang akan datang sempurna,” ujarnya.
Pihaknya juga mengajak semeton semua untuk selalu berlandaskan Tri Hita Karana, tiga penyebab terciptanya kesejahteraan, yang pada intinya mengajarkan tentang keseimbangan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya. Ketiga keseimbangan tersebut merupakan penyebab terjadinya kebahagiaan, dan juga semua harus selalu berpedoman dengan ajaran Agama Hindu berlandaskan Dharmaning Leluhur, Dharmaning Agama dan Dharmaning Negara.
“Secara pribadi saya memberikan apresiasi dan dukungan atas semangat persatuan yang telah ditunjukkan krama Desa Adat Selulung untuk melaksanakan yadnya bersama-sama sebagai wujud dharmaning leluhur,” katanya.
Giri Prasta mengatakan karya pitra yadnya kinembulan sangat penting, karena upacara pitra yadnya merupakan sebuah sarana upacara untuk menyucikan atma sehingga menjadi Dewa Hyang Guru dan melinggih di merajan rong tiga. Banyak rangkaian dari upacara nyekah yang patut dilaksanakan oleh krama sebagai peserta nyekah. Mulai dari ngangget don bingin, murwa daksina, meprelina puspa, meajar-ajar dan terakhir mamitang ke pura dalem dan ngelinggihang di masing-masing merajan. Selain itu dalam prosesi meajar-ajar ada yang disebut catur loka pala. Meajar-ajar ke Utara di Pura Beratan, Barat ke Batu Kau, Selatan ke Uluwatu, dan Timur ke Goa Lawah. Yang utama adalah saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep padu muka. “Saya harap semua prosesi upacara tersebut dapat diikuti oleh semua keluarga sebagai tanggung jawab serta wujud bakti kita kepada leluhur yang diupacarai,” katanya.
Sementara Manggala Karya I Wayan Dirka, mengungkapkan, krama Desa Adat Selulung melaksanakan upacara pitra yadnya (nyuasta geni) ngaben dan nyekah massal di Banjar Adat Pandan, Desa Adat Selulung dan dipuput Ida Pedanda Made Bukit dari Griya Tiyingtali Jagaraga. Pitra yadnya ngaben massal yang dilaksanakan ini diikuti 37 sawa, ngelungah 50, mepetik 89 orang, mepandes 89 orang. Dimana jumlah peserta terdiri dari 12 dadia dari 3 banjar yaitu Banjar Pandan dengan jumlah 90 KK, Banjar Pangkung 120 KK, dan terakhir Banjar Tiangan 70 KK.
“Dalam pelaksanaan upacara ini kami memiliki beberapa tujuan yang sesuai dengan keinginan dan keadaan krama pengempon Banjar Adat Pandan, di antaranya upacara ngaben masal ini untuk meringankan beban masyarakat, lebih nyaman untuk melaksanakan upacara upakara ngaben masal karena diambil secara bersama-sama dan agar bisa lebih nyaman di dalam melakukan kegiatan agama mengingat sarana dan prasarana yang kurang memadai di rumah masing-masing,” katanya.
Dia menyebutkan dana yang digunakan bersumber dari krama pengarep, dan punia dari masyarakat.
Turut hadir mendampingi Bupati Giri Prasta, Perbekel Desa Pengejaran I Wayan Arta, Perbekel Desa Selulung I Putu Jaya Menala, Bendesa Adat Selulung I Putu Santosa, Kelian Banjar Adat Pandan I Nyoman Sunarta, serta tokoh masyarakat setempat. (bgn003)22090413