Media Informasi Masyarakat

Sistem Irigasi Subak dan Beras Merah Jatiluwih Jadi Daya Tarik Kunjungan Delegasi WWF

Tabanan, Baliglobalnews

Perwakilan delegasi World Water Forum (WWF) dari India, Amerika Serikat (US), Jepang dan Korea Selatan mengunjungi Daya Tarik Wisata Jatiluwih, pada Rabu (22/5/2024). Empat delegasi ini terpesona dan tertarik dengan sistem pengairannya tradisional oleh subak dan beras merah Jatiluwih.

Manajer DTW Jatiluwih, Ketut Purna, mengatakan para delegasi yang telah berkunjung sangat tertarik dan kagum dengan sistem subak atau irigasi sawah yang ada di Jatiluwih. Sebab, subak merupakan sistem irigasi air yang hanya ditemukan di Bali dan sudah menjadi warisan turun temurun yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat.

“Subak benar-benar menjadi sistem irigasi yang tidak ada duanya di dunia. Itu yang mereka paling kagumi. “Mereka terus bertanya kepada kami, bagaimana caranya mengatur sistem pembagian air agar merata di sawah bagian atas hingga bawah,” ujarnya.

Selain subak, kata Purna, para delegasi juga tertarik untuk mengetahui sektor pertanian di desa Jatiluwih terkait ancaman perubahan iklim. “Memang ada sedikit tapi tidak terlalu signifikan, karena desa Jatiluwih dekat dengan sumber air danau Tamblingan dan pegunungan. Sedikit saja perubahan disini cuman agak panas saja,” ujarnya.

Diketahui, tujuan para delegasi berkunjung ke DTW Jatiluwih adalah untuk belajar tentang sistem pertanian dan varietas beras merah cendana yang ada di Jatiluwih. Karena seperti yang kita ketahui, Subak Jatiluwih sendiri telah diakui dunia sebagai warisan budaya.

“Para delegasi kesini pertama tujuannya untuk belajar. Namun, saya yakin mereka di negaranya memiliki sistem pertanian yang lebih bagus dari disini,” katanya.

Dia menerangkan, produksi padi beras merah di Jatiluwih bisa berkisar 6-7 ton per satu hektare sawah. Sementara luas sawah di Subak Jatiluwih secara keseluruhan mencapai 227 hektare. “Pada awal Januari petani Jatiluwih harus menanam padi beras merah. Setelah itu, Agustus tanaman bebas. Bisa padi beras putih atau palawija,” ujarnya.

Menurut dia, kewajiban menanam beras merah sudah menjadi wasiat turun-temurun dari para nenek moyang para petani di Jatiluwih. (bgn020)24052212

Comments
Loading...