Denpasar, Baliglobalnews
Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali mencatat penyaluran kredit Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Bali-Nusra melonjak.
“Tingginya penyaluran kredit perbankan kepada UMKM menunjukkan keberpihakan bank untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, di Denpasar, pada Jumat (12/7/2024).
Berdasarkan kategori debitur, kata Puji Rahayu, 44,77 persen kredit di Bali dan Nusa Tenggara disalurkan kepada UMKM, pada Mei 2024 mengalami pertumbuhan 8,66 persen dari tahun ketahun (you), dibandingkan Mei 2023 sebesar 7,58 persen yoy.
Seiring dengan pertumbuhan penyaluran kredit, lanjutnya, penghimpunan DPK juga mengalami pertumbuhan positif. Penghimpunan DPK mencapai Rp263,38 triliun atau tumbuh double digit yaitu 16,29 persen yoy, sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 16,19 persen yoy.
“Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan Mei 2023 ditopang oleh kenaikan nominal Tabungan yang bertambah sebesar Rp18,75 triliun dan Giro sebesar Rp10,46 triliun,” ucapnya.
Selain itu, dari fungsi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) posisi Mei 2024 sebesar 83,35 persen, melandai dibandingkan posisi Mei 2023 yang sebesar 87,57 persen (April 2024 sebesar 83,70 persen). Menurunnya rasio LDR disebabkan karena pertumbuhan DPK yang lebih tinggi daripada pertumbuhan kredit.
Dia menjelaskan adapun kecukupan modal BPR saat ini tercermin pada likuiditas BPR (Cash Ratio/CR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) yang relatif terjaga di atas threshold (masing-masing 5 persen dan 12 persen). “Untuk rasio CR dari BPR di Bali sebesar 15,50 persen, Nusa Tenggara Barat sebesar 15,10 persen, dan Nusa tenggara Timur sebesar 8,09 persen,” katanya.
Rasio CAR untuk BPR di Bali 36,73 persen, Nusa Tenggara Barat sebesar 47,41 persen, dan Nusa Tenggara Timur sebesar 46,73 persen. Sehingga, tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.
“Kualitas kredit perbankan di Bali dan Nusa Tenggara tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,83 persen walaupun sedikit lebih tinggi dibandingkan posisi Mei 2023 yang sebesar 2,63 persen,” katanya.
Dia menyebutkan pertumbuhan kredit yoy didorong peningkatan nominal kredit investasi yang bertambah Rp9,26 triliun atau tumbuh 26,34 persen yoy lebih tinggi dibandingkan Mei 2023 yang sempat mengalami kontraksi sebesar -4,00 persen (April 2024 sebesar 26,24 persen yoy).
“Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali dan Nusa Tenggara,” katanya.
Berdasarkan sektornya, kata dia, penyaluran kredit didominasi sektor penerima kredit bukan lapangan usaha sebesar 42,10 persen dan Sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 25,84 persen.
“Pertumbuhan kredit disumbangkan peningkatan nominal penyaluran di sektor penerima kredit bukan lapangan usaha yang bertambah sebesar Rp6,43 triliun (tumbuh 7,47 persen yoy), serta Ssektor pertambangan dan penggalian yang bertambah sebesar Rp4,71 triliun (tumbuh 76,22 persen yoy),” katanya. (bgn008)24071304