Pemkot Denpasar Libatkan Puluhan Anggota PKK Banjar Buaji Dalam Pelatihan Kecakapan Hidup WHDI Kota Denpasar
Denpasar, Baliglobalnews
Pemerintah Kota Denpasar melalui Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) terus berupaya memberdayakan masyarakat, khususnya kaum perempuan, melalui Program Pelatihan Kecakapan Hidup. Kali ini, sebanyak 20 orang ibu-ibu PKK Banjar Buaji, Desa Penatih Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Timur, dilibatkan dalam pelatihan tersebut di balai banjar setempat pada Minggu (15/6/2025).
Pelatihan yang telah memasuki tahap ke-16 ini mengangkat tema Pelestarian Budaya melalui Keterampilan Membuat Banten. Para peserta dibekali keterampilan membuat Sanggaurip dan Lis Amu-Amuan, yang merupakan bagian penting dari sarana banten pengulapan dan byakala dalam tradisi keagamaan Hindu Bali.
Kegiatan ini turut dihadiri Ketua WHDI Kota Denpasar Ny. Jaya Negara didampingi jajaran pengurus WHDI Kota Denpasar, perwakilan OPD terkait, Perbekel Desa Penatih Dangin Puri I Wayan Kamar, Kelihan Adat Banjar Buaji, serta undangan lainnya.
Ny. Jaya Negara menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat masyarakat Banjar Buaji. Ia menegaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya berfokus pada keterampilan teknis, tetapi juga pada pemahaman makna dan filosofi di balik setiap unsur banten. “Kami dari WHDI hadir bukan untuk menggurui, namun untuk berbagi pemahaman tentang makna dan filosofi dari Sanggaurip dan Lis Amu-Amuan, agar nilai-nilai agama Hindu tetap lestari, terlebih di tengah era modern seperti sekarang,” katanya.
Pihaknya kemudian menambahkan bahwa banyak perempuan Hindu yang sudah mahir secara teknis dalam membuat banten, namun belum memahami secara utuh nilai spiritual dan filosofis di baliknya. Oleh karena itu, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan sekaligus peluang ekonomi bagi peserta. “Semoga keterampilan yang diperoleh ibu-ibu dalam pelatihan ini dapat menjadi bekal dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dalam pelaksanaan upacara adat, tetapi juga berpotensi menambah penghasilan keluarga,” katanya.
Sementara narasumber pelatihan Ni Wayan Sukerti mengatakan materi pelatihan difokuskan pada teknik pembuatan sanggaurip dan lis amu-amuan, yang terdiri atas komponen seperti tipat sesapi pusuh, sangkariga, lawat buah, lilit linting, basang wayah, basang nguda, jan, ati, tangga, dan tetuasan, lengkap dengan penjelasan filosofi setiap unsur.
Menurut dia, banten byakala bermakna sebagai sarana untuk menghilangkan segala bentuk marabahaya. “Peserta diajarkan dari tahap awal pembuatan hingga pemahaman makna setiap bagian dari lis. Ini penting agar mereka tidak hanya bisa membuat secara teknis, tetapi juga memahami nilai spiritual dan filosofinya,” ujarnya. (*/bgn003)25061504