Kursi PDI Perjuangan Turun di Dewan Badung, Ini Kata Anom Gumanti

Badung, Baliglobalnews
KPU Badung kini sedang melaksanakan rapat pleno rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara Pemilu tahun 2024, baik pileg maupun pilpres, di Kabupaten Badung, di Hotel Aston, pada Sabtu (2/3/2024).
Dari penghitungan sementara, perolehan suara untuk kursi DPRD Badung diprediksi menurun dari perolehan Pileg 2019. Ketika itu, kader-kadet si moncong putih meraih 28 kursi dari 40 kursi yang tersedia. Namun kini jumlah tersebut menurun menjadi 27 kursi dari 45 kursi yang diperebutkan.
Kenapa bisa turun, ini kata kader senior PDI Perjuangan, I Gst. Anom Gumanti. Kader senior petahana asal Kuta itu kembali melenggang ke kursi empuk dewan Badung dengan meraih 5644 suara, tertinggi untuk Dapil V.
“Kita perlu mengevaluasi, introspeksi, apa yang sudah terjadi. Artinya bahwa ke depan kita harus lebih aktif lagi turun ke masyarakat. Yang paling penting harus secara jeli mengetahui apa sebenarnya yang menjadi aspirasi dari masyarakat. Selama ini sih sudah kita lakukan. Barangkali belum maksimal dan optimal. Ini mungkin yang perlu menjadi pencermatan kita bersama,” katanya ketika ditemui di sela-sela rapat pleno tersebut.
Anom Gumanti berpandangan hal itu tidak terlepas dari kurang solidnya komunikasi dan koordinasi di antara kader, terutama caleg di masing-masing wilayah calon itu berada. “Kadang-kadang kan ada ego pribadi ya, misalnya justru satu dapil tidak berkomunikasi secara intens, mana wilayah-wilayah perlu kita petakan, perlu kita garap bersama. Kadang-kadang kan egonya dalam satu wilayah, yang lain tidak boleh masuk, ada yang begitu. Ini kita harus evaluasi ke depan, karena kita sadar bahwa satu kelompok masyarakat itu tidak bisa kita rekrut seratus persen. Pasti ada juga yang tidak suka dengan calon tersebut. Inilah hendaknya teman-teman itu diberi kesempatan. Ini yang saya maksud dengan komunikasi dan koordinasi,” katanya.
Menurut Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Badung itu, yang paling penting dari semua itu adalah teman-teman ketika berstatemen atau berperilaku. “Saya berharap kita memakai etika, sopan santun, selalu mengedepankan itu, karena masyarakat kan tidak menilai sebatas saat menjadi caleg. Dalam kehidupan sehari-hari pun juga dinilai oleh masyarakat. Ini yang perlu menjadi atensi bersama teman-teman, terutama yang menjadi calon legislatif. Saya kira kalau itu sudah dilakukan dengan baik, dukungan masyarakat itu pasti diberikan, mereka siap mendukung teman-teman yang menjadi caleg,” katanya.
Selain itu, kata dia, yang paling penting lagi adalah harus memiliki strategi, peta di dalam melakukan satu rekrutmen tim dan mungkin rekrutmen para saksi yang digunakan. Dia menyebutkan kadang-kadang ada anomali, calonnya baik tetapi timnya kadang-kadang kurang mendapat simpati, masyarakat bisa juga menjatuhkan pilihan kepada yang lain. “Ini semuanya perlu dievaluasi, perlu dibenahi dengan komunikasi dan koordinasi,” katanya.
Ketika ditanya apakah penurunan itu juga akibat faktor eksternal, seperti efek Jokowi, Anom Gumanti menyatakan tidak berani berstatemen bahwa penurunan itu karena ada faktor eksternal. Menurut dia, sehebat apapun faktor eksternal kalau kita sudah disayangi oleh masyarakat akibat dari figur yang betul-betul jujur, adil, barangkali sudah ekspert menurut masyarakat, masyarakat tidak akan bergeser. “Kan kadang-kadang temen-temen hanya datang saat pencalonan, apalagi yang incumbent. Begitu mereka dilantik dan diambil sumpahnya, besok harinya mereka sudah harus turun ke masyarakat. Di samping melaksanakan tupoksinya, juga berinteraksi dengan masyarakat. Kalau itu dilakukan, saya berani jamin niscaya mereka dipilihlah. Kadang-kadang ada teman yang sudah menjadi DPRD setelah dilantik dengan alasan sibuk di kantorlah, ini itulah tidak mau turun untuk menyapa masyarakat, tidak mau mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diperoleh. Kan ada yang begitu. Hal-hal sekecil ini menjadi perhatian besar lho buat masyarakat. Karena tidak bisa juga diukur dengan nilai pragmatis transaksional kalau tanpa sentuhan. Apalagi kita punya adat ketimuran dan sebagai orang Bali, ngutamayang satwa ada malu, kan begitu iktikad orang Bali. Itu prinsip saya. Jadi gini, gak bisa dong kalau ada penurunan seperti ini kemudian kita menyalahkan orang lain, kita menyalahkan rumah orang lain , tidak bisa dong seperti itu. Ayolah kita introspeksi diri, Dimana kira kurang, apa yang perlu kita perbaiki,” tandasnya. (bgn003)24020305