Kredit Bermasalah di Bali Menurun
Denpasar, Baliglobalnews
Kualitas kredit perbankan (Bank Umum dan BPR) di Bali tetap terjaga, yang tercermin dari penurunan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross 2,95 persen.
“Ini lebih rendah dibandingkan posisi Desember 2022, yang mencapai 3,50 persen. Sementara itu NPL nett berada di posisi 1,60 persen, juga lebih rendah dibandingkan Desember 2022 yang sebesar 1,86 persen,” kata Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, pada Rabu (7/2/2024).
Hal ini terlihat restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bali (berdasarkan lokasi proyek) terus melandai dari Rp45,80 triliun posisi Desember 2020, menjadi Rp17,37 triliun (turun 62,07 persen) pada posisi Desember 2023.
Berdasarkan sektor ekonomi, jelas Rahayu restrukturisasi kredit Covid-19 di Provinsi Bali didominasi sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum (39,99 persen), sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor (23,00 persen) dan sektor Rumah Tangga (15,14 persen).
“Menurunnya jumlah kredit restrukturisasi berdampak positif bagi penurunan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 19,55 persen dari sebelumnya 20,79 persen pada November 2023 (Desember 2022: 31,67 persen),” katanya.
Untuk itu, kata dia, OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko.
“Kami, di OJK mendukung transisi yang baik (smooth) dari era pandemi dengan melakukan normalisasi kebijakan secara bertahap (targeted) sehingga tidak menimbulkan guncangan (cliff effect). Kebijakan ini akan ditempuh secara terukur sehingga tidak menimbulkan moral hazard,” katanya.
Selain itu, lanjutnya, OJK juga telah meminta perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk terus membentuk pencadangan yang memadai untuk mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang bersumber dari perekonomian global ke depan.
Sementara itu, Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Provinsi Bali, Ananda R. Mooy menjelaskan terkait, jumlah investor pasar modal wilayah Bali masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yang mencapai double digit secara tahun ke tahun (yoy).
“Pada Desember 2023, jumlah investor saham di Bali sebanyak 116.748 Single Investor Identification (SID) atau tumbuh 23,22 persen yoy. Demikian juga dengan jumlah investor Reksa Dana dan SBN yang masing-masing tumbuh sebesar 23,41 persen yoy dan 25,07 persen yoy,” katanya.
Dia menyebutkan nilai kepemilikan saham di Bali mencapai Rp4,50 triliun atau tumbuh 8,46 persen yoy, meningkat dibandingkan November 2023 yang sebesar 4,63 persen yoy.
piutang pembiayaan perusahaan Pembiayaan di Bali posisi November 2023 masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, walaupun dengan laju yang menurun dibandingkan periode sebelumnya. (bgn003)24020809