Komisi II DPRD Tabanan Gerak Cepat Terkait Krisis Air Irigasi Subak Luwus I Cau Belayu
Tabanan, Baliglobalnews
Kekurangan air dan pendangkalan saluran irigasi yang terjadi di DAM Macun Luwus Carang Sari yang mengaliri lebih dari 100 hektar sawah jadi kendala petani Subak Luwus I Desa Cau Belayu, menjadi kendala utama yang dihadapi petani.
Demikian antara lain keluhan yang mengemuka saat Ketua Komisi II DPRD Tabanan, I Wayan Lara, kunjungan kerja dan diskusi dengan anggota Subak di Kantor Desa Cau Belayu, Kecamatan Marga, Tabanan, pada Selasa, (7/11/2023)
Dalam koordinasi tersebut, ditemukan bahwa permasalahan pendangkalan saluran irigasi ini telah berlangsung sejak tahun 1980-an, dan saat ini sekitar 100 hektar lahan sawah petani tidak mendapatkan aliran air yang cukup untuk pertanian mereka.
Pendangkalan di terowongan aliran irigasi subak yang disampaikan pekaseh telah menjadi permasalahan yang memprihatinkan. Komisi II DPRD Tabanan berkomitmen untuk memperjuangkan solusi atas permasalahan ini, dan mereka akan segera berkoordinasi dengan bupati karena masalah irigasi ini dianggap sangat penting khusus untuk pertanian.
Ketua Komisi II, I Wayan Lara, menyatakan masalah ini telah berlangsung bertahun-tahun tanpa mendapatkan penanganan yang memadai. Upaya-upaya seperti pengajuan proposal juga sampai saat ini tidak terealisasikan. “Kami di komisi akan mengawal proses ini hingga tuntas,” kata Lara didampingi anggotanya, I Made Oka Winaya.
Dalam jangka pendek, I Wayan Lara menegaskan tindakan pertama yang harus diambil adalah melakukan pengurasan terowongan, karena sebentar lagi masuk musim hujan. “Dengan melakukan pengerukan dalam jangka pendek, kita akan memastikan aliran air lancar, dan kita akan memonitor perkembangannya. Pengerukan di terowongan akan menjadi langkah awal yang harus segera dilakukan,” katanya.
Sementara Pekaseh Subak Luwus, I Made Puspa, mengungkapkan kendala yang dihadapi oleh subak di Dam Temacun, Luwus, Carangsari, yang terletak di Desa Luwus, Baturiti. Endapan setinggi 1 meter di dalam terowongan selama 1,5 tahun telah menghambat aliran air ke wilayah irigasi subak mereka.
Puspa berharap agar Komisi II DPRD Tabanan dapat memberikan bantuan dalam mengatasi masalah ini dengan mengeruk endapan di DAM tersebut.
Saat ini, kata dia, endapan setinggi sekitar 1 meter telah membuat akses ke terowongan menjadi sulit, bahkan dengan cara jongkok, karena terowongan memiliki panjang sekitar 400 meter.
“Dampak dari endapan ini adalah lebih dari 100 hektar lahan yang tidak mendapatkan pasokan air yang cukup, dan banyak petani mengalami gagal panen. Kami bahkan kesulitan untuk menanam palawija. Sejatinya kita memiliki air akan tetapi tidak bisa mengalirkan,” katanya. (bgn020)23110709

