Media Informasi Masyarakat

Indonesia dan Beberapa Negara Saling Berbagi “Best Practice” dalam Kesehatan Reproduksi dan Penurunan Stunting

Jakarta, Baliglobalnews

Indonesia bersama beberapa negara yang tergabung dalam “South-south Triangular Cooperation” (SSTC) berbagi tentang “Best Practice” dalam kesehatan reproduksi dan penurunan stunting di Hotel Westin, Jakarta, pada Selasa (16/11).

Dalam siaran pers Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diterima Redaksi Baliglobalnews pada Jumat (19/11) ada 17 duta besar untuk Indonesia yaitu Tunisia, Mozambique, Japan, Netherland, Canada, Finland, Philippine, Denmark, Côte d’Ivoire, Fiji, Gambia,  Iceland, Liberia, Lebanon, Panama, Romania, Trinidad & Tobago serta Duta Besar Indonesia untuk 17 negara tersebut menghadiri acara baik luring maupun daring.

“Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara berkembang menghadapi banyak tantangan yang memengaruhi status kesehatan dan gizi ibu dan anak balita serta angka kematian yang tinggi (MMR, AKB, dan U5MR). Namun, banyak negara berkembang telah menerapkan berbagai Best Practice untuk mengatasi masalah tersebut. Best Practice mereka biasanya diambil dari berbagai potensi sumber daya alam lokal yang murah dan mudah didapat. Salah satu upaya untuk mencegah kematian bayi dan balita akibat gizi buruk (termasuk stunting) adalah dengan pemberian ASI eksklusif,” kata Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, M Rizal. M. Damanik, mewakili Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo.

Damanik menyebutkan banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif secara signifikan dapat mencegah stunting. Anak yang tidak diberikan ASI ekslusif 3 kali lebih berisiko stunting dibandingkan yang ASI ekslusif.  Sayangnya, masih banyak hambatan yang ditemui para ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya sehingga menurunnya produksi ASI pada ibu.

Damanik menyatakan telah melakukan penelitian atas penggunaan tumbuhan herbal lokal Indonesia yang terbukti menstimulasi ASI yaitu penggunaan daun Torbangun yang kaya akan vitamin C dan juga bisa sebagai peningkat imun tubuh.

Executive Director of Philippines Population Commission, Mr. Juan Antonio Perez III, juga memaparkan bahwa beberapa kerjasama Indonesia dengan Filipina antara lain kuliah umum tentang Keluarga Berencana dalam konteks Islami dan strategi advokasi yang diikuti oleh para pemuka agama di Filipina, berbagi pengalaman tentang kesehatan reproduksi remaja dengan peserta para pemimpin muda Indonesia dan pelaksana program, berbagi pengalaman tentang program-program keluarga berencana pada masa desentralisasi di Filipina untuk para pelaksana program KB di Indonesia, dan kegiatan lainnya.

Kepala BKKBN juga menambahkan bahwa setidaknya ada tiga Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/ SDGs) yang harus dipenuhi terkait masalah kesehatan reproduksi dan stunting pada tahun 2030 yaitu

SDGs nomor 2.2 untuk mengakhiri segala bentuk kekurangan gizi, termasuk pencapaian target stunting pada anak di bawah 5 tahun, dan memenuhi kebutuhan gizi remaja putri, ibu hamil dan menyusui.

SDGs nomor 3.2 untuk mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan anak di bawah usia 5 tahun, dengan semua negara bertujuan untuk mengurangi kematian neonatal menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup, dan kematian balita menjadi 25 per 1.000 kelahiran hidup.

SDGs nomor 5.6 untuk memastikan akses universal terhadap kesehatan seksual dan reproduksi dan hak-hak reproduksi sebagaimana disepakati sesuai dengan ICPD 1994 dan 1995 Beijing Platform for Action. (bgn003)21111905

Comments
Loading...