Gerabah Jadi Potensi Baru Sektor Ekonomi Kreatif Denpasar
Denpasar, Baliglobalnews
Sejak mewabahnya Covid-19, kerajinan gerabah di Kota Denpasar kian diminati. Hal ini lantaran banyaknya penghobi yang memanfaatkan gerabah untuk berbagai keperluan. Karena itu, Pemkot Denpasar bekerjasama dengan Bekraf Kota Denpasar dan Komunitas Wajah Wanita Gerabah menggelar pameran terraccota dan gerabah se-Bali yang dibuka Ketua Harian Bekraf Kota Denpasar, I Putu Yuliarta dengan protokol kesehatan yang ketat di Dharmanegara Alaya Denpasar, Jumat (19/2).
Ketua Harian Bekraf Kota Denpasar, I Putu Yuliarta mengatakan mewabahnya Covid-19 memberikan dampak positif bagi permintaan gerabah. Hal ini lantaran gerabah saat ini tidak hanya menjadi sebuah karya yang kuno, melainkan karya tradisional yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
”Dahulu kita mengenal gerabah sebagai sebuah karya untuk aktivitas yang bersifat tradisi dan itu-itu saja, namun sekarang ide kreatif muncul dengan sajian baru, dimana gerabah menjadi sebuah karya kekinian yang memberikan estetika yang khas,” katanya.
Sementara Ketua Panitia, Gegel Gargendra, mengatakan gerabah merupakan salah satu kerajinan tanah liat yang seringkali merupakan bagian dari sejarah dan budaya masyarakat setempat. Aktivitas pembuatan gerabah ini mempunyai jejak sejarah yang cukup panjang, bahkan dipercaya kerajinan tanah sebagai karya seni tertua.
Gelgel menyebutkan proses pembuatan gerabah memerlukan waktu yang cukup panjang. Dari proses pemilihan dan pengambilan bahan, pengolahan, pembentukan, penjemuran, pembakaran dan finishing dengan bahan dasar tanah liat.
”Proses yang cukup panjang ini memerlukan ketekunan, ketelitian dan kemahiran dalam setiap tahap proses pengerjaannya,” katanya.
Tema ”Pertiwi” dalam pameran kali ini, kata dia, tidaklah terlepas dari proses pembuatan gerabah. Kata pertiwi yang diambil sebagai tema, diinspirasi dari salah satu unsur panca maha bhuta, yaitu pertiwi, apah, teja, bayu dan akasa. Panca maha bhuta ini dikenal sebagai lima unsur utama yang menyusun alam semesta ini.
”Dari kelima unsur penyusun alam semesta itu, unsur pertiwi memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dari empat unsur lainnya. Di dalam pertiwi, terkandung unsur apah (zat cair), teja (unsur api), bayu (unsur angin) dan akasa (unsur kekosongan),” ujarnya
Proses pembuatan gerabah, lanjutnya, memerlukan proses yang sangat kompleks, yaitu dari penggunaan unsur air (pengolahan tanah menggunakan air), penggunaan unsur angin (proses pengeringan setelah dibentuk), penggunaan unsur api (proses pembakaran) dan unsur kekosongan (ruang untuk menempatkan gerabah itu sesuai dengan fungsinya),” katanya.
Adapun kegiatan ini dikemas dalam beberapa segmen utama, yakni exhibition, workshop, live painting, serta food and music. Pihaknya berharap dari pameran ini selain memperkenalkan kembali gerabah model Binoh. ”Kami berharap dengan pameran gerabah yang bertema ‘pertiwi’ ini, kami mengajak semua audiens untuk berefleksi kembali, di tengah suasana pandemi yang kami istilahkan sebagai Gerubug Agung. Sesungguhnya kita sedang diajarkan oleh bumi untuk merenung, dari mana kita datang dan kemana kita akan kembali itu adalah kembali ke tempat kita berpijak, yakni bumi yang kita kenal sebagai Ibu Pertiwi,” pungkasnya. (bgn003)21021921