Bupati Giri Prasta Hadiri Karya Ngaben Nyekah Masal Desa Adat Sulangai
Badung, Baliglobalnews
Desa Adat Sulangai melaksanakan upacara ngaben masal/ngerit atma wedana dengan jumlah sawa ngaben 24, nyekah 31, ngelungah 29 dan metatah 43 orang.
Bupati Badung, I Nyoman Giri Prasta, turut hadir serta memberikan bantuan dana BKK Rp 250 juta dan secara pribadi membantu Rp 30 juta. Upacara pitra yadnya yang dilaksanakan di Bale Subak Desa Adat Sulangai, Desa Sulangai, Kecamatan Petang, Badung, Senin (15/8) juga dihadiri oleh anggota DPRD Badung I Gst Lanang Umbara, I Gst Agung Ayu Inda Trimafo Yudha, Kepala Bapenda I Made Sutama, Kepala Dinas Kebudayaan I Gde Eka Sudarwitha, Dirut RS Mangusada I Wayan Darta, Plt. Camat Petang I Gst Bagus Adi Parwata serta Tripika Kecamatan Petang, perbekel se-Kecamatan Petang dan tokoh masyarakat setempat.
Bupati Giri Prasta mengapresiasi dan mendukung semangat persatuan yang telah ditunjukkan krama Desa Adat Sulangai untuk melaksanakan yadnya bersama-sama sebagai wujud dharmaning Leluhur. Dalam pelaksanaan upacara ngaben nyekah massal yang dilaksanakan lima tahun sekali ini dapat dibilang “Agate, Watemana, Anegata dalam istilah Ane Pidan, ne jani, Ane kelteka Ane Pidan Luung Lestariang Ane Jelek Kutang, Ane Jani Bahagia, Ane Kelteke Paripurna”.
Bupati menekankan pentingnya karya pitra yadnya dan manusa yadnya tersebut. Menurut dia, upacara pitra yadnya/atiwa-tiwa, atma wedana dan sarwa prakerti ini merupakan sebuah sarana upacara untuk menyucikan atma sehingga menjadi dewa hyang guru dan melinggih di merajan rong tiga menjadi Dewa Hyang Guru. Karya pitra yadnya dapat disebut memukur kinembulan yang dilakukan bersama-sama dan bergotong-royong. Banyak rangkaian dari upacara nyekah yang patut dilaksanakan oleh krama sebagai peserta nyekah. Mulai dari ngangget don bingin, murwa daksina, meprelina puspa, meajar-ajar dan terakhir mamitang ke pura dalem dan ngelinggihang di masing-masing merajan.
Dia mengharapkan pula pelaksanaan karya sesuai sastra agama Hindu serta yang terpenting guyub ring pasemetonan, serta pelaksanaan karya atiwa tiwa, atma wedana lan sarwa prakerti ini, beberapa hal yang patut dipahami, seperti dari murwa daksina dengan menggunakan sapi gading atau sapi selem batu, yang akan mengantarkan atma menuju surga. Selain itu dalam prosesi meajar-ajar ada yang disebut catur loka pala. Meajar-ajar ke Utara di Pura Beratan, Barat ke Batu KauSelatan ke Uluwatu, dan Timur ke Goa Lawah. Yang terakhir dan utama adalah saat ngelinggihang disebut Dewa Pratista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep padu muka ini agar pada saat ngelinggihang diharapkan agar tidak lewat dari jam 12 malam.
“Saya berharap semua prosesi upacara tersebut dapat diikuti oleh semua keluarga sebagai tanggung jawab serta wujud bakti kita kepada leluhur yang diupacarai, serta proses karya ini berjalan dengan lancar labda karya sida sidaning don, tur sida paripurna nemu kerahajengan segilik, seguluk, selunglung, sebayantaka,” katanya.
Sementara Bendesa Adat Sulangai, I Nyoman Ada, menyampaikan banyak terima kasih atas kehadiran Murdaning Jagat Badung bersama para undangan lainnya. “Upacara ini kami dibantu oleh Pemerintah Kabupaten Badung melalui dana BKK Rp 250 juta, dalam pelaksanaan upacara ini sudah mulai dari tanggal 7 Agustus. Dalam kesempatan yang baik ini juga tak lupa mengucapkan banyak terimakasih kembali serta mohon doa restu dari bapak murdaning jagat badung serta undangan lainnya agar acara yang kami laksanakan berjalan lancar, galang apadang tur sida ngemanggihan kerahajengan lan kerahayuan,” katanya.
Puncak acara pengabenan dilakukan pada Selasa (16/8) lanjut membuat upakara upacara untuk melaksanakan penyekahan yang akan dilaksanakan pada tanggal 19 Agustus dan keesokan harinya nyegara gunung/meajar-ajar yang di Danau Beratan setelah itu baru ngelingihin di merajan masing-masing. (bgn003)22081615