Media Informasi Masyarakat

Atasi Kesulitan Air Subak Balangan, Komisi II DPRD Badung Minta BWS Normalisasi Bangunan di BPL 4

Mangupura, Baliglobalnews

Komisi II DPRD Badung meminta agar BWS Bali Penida untuk menormalisasi bangunan di BPL 4 Pada Mala, yang mengairi Subak Balangan dan Tegan di Kabupaten Badung.

Hal itu terungkap dalam rapat kerja Komisi II DPRD Badung yang dipimpin Ketua Komisi II, IGA Gumanti, bersama anggota Nyoman Dirgayusa dan Made Wijaya, dengan jajaran terkait dari Pemprov Bali, Pemkab Badung, subak terkait, di Kantor DPRD Puspem Badung, Senin (8/3). Hadir pula mahasiswa yang tergabung dalam GMNI.

Selain minta normalisasi, Anom Gumanti, dalam pembagian air nanti Pemprov memediasi antara subak yang ada di Tabanan dan Badung bisa lebih baik. ”Karena debit air tidak cukup, petani agar menjalani pola tanam. Dinas PUPR agar membantu BWS mengatasi sedimentasi. Kalau tidak bisa dengan alat berat, PUPR agar melakukan secara manual,” katanya menyimpulkan pertemuan tersebut. Dia juga menyatakan hasil rapat tersebut agar menjadi rekomendasi DPRD Badung.

Perwakilan BWS (Balai Wilayah Sungai) Bali Penida, Wayan Riasa mengatakan sudah menggelar rapat pada terkait masalah tersebut pada 3 Maret lalu dengan instansi terkait di Badung dan Tabanan. Hasil rapat menyimpulkan BWS Bali Penida akan melakukan normalisasi di saluran sekunder sesuai dengan desain awal yang dimiliki. Untuk itu, kata dia, subak di Tabanan minta waktu 14 hari untuk mensosialisasikan keputusan tersebut. Namun usai rapat dia belum berani memastikan apakah setelah waktu 14 hari tersebut dibongkar atau tidak. ”Hasil survei di awal terjadi beberapa kendala di subak Balangan, terjadi sedimentasi, sehingga air tidak bisa masuk ke Subak Balangan,” katanya.

Kadis Pertanian Badung, Wayan Wijana, dalam pertemuan tersebut mengungkapkan nasib petani di Subak Uma Tegal dan Balangan terdampak dari adanya pembetonan di pintu pembagian air tersebut. Dalam kondisi saat ini, dari 8 subak dengan luas 510 ha itu mampu memproduksi padi 4.400 ton. ”Bila bisa dinormalkan, kami berharap akan menjadi 6.000 ton lebih. Kami sangat berharap persoalan irigasi ini cepat diselesaikan. Soal pola tanam, kami akan dorong pekaseh agar atur pola tanam untuk atur penggunaan air,” katanya.

Dalam rapat tersebut terungkap cikal bakal permasalahan tersebut adalah debit air yang tidak mencukupi di subak DI Pama Palean lapangan. Tahun 90 sempat terjadi pembagian yang bagus, karena dengan pola tanam. Di pintu pembagian air kemudian ada pembetonan. Akhirnya dalam rapat pada 3 Maret itu disepakati untuk dinormalisasi ke kondisi semula.

Hal yang mengejutkan diungkapkan oleh Pekaseh Subak Balangan, Ketut Putrayasa, menyebutkan petani sudah merasakan dampaknya dari 21 tahun lalu. ”Setiap mengajak warga subak untuk gotong-royong, para petani selalu menuntut air ada terlebih dahulu. Percuma gotong-royong kalau tidak ada air,” katanya.

Dia membantah air yang disebutkan mengalir ke Balangan itu bukan ke Balangan, tetapi hanya sampai di Subak Ban yang berada di wilayah Tabanan. ”Saluran benar-benar mampet, tidak ada air. Karena tidak dialiri air,” katanya.

Karena tidak air, kata dia, banyak petani yang beralih profesi, misalnya ke dunia pariwisata. Akan tetapi, karena terdampak Covid, mereka kembali menjadi petani dadakan, petani baru. ”Akan tetapi, begitu turun hendak bertani, air tidak ada,” katanya seraya menyebutkan sawah di Subak Balangan masih utuh. (bgn003)21030817

Comments
Loading...
AI writing on desktop, powered by Rytr.