Singaraja, Baliglobalnews
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ny. Koster, turun memberi edukasi kepada sejumlah perajin tenun di wilayah Buleleng pada Kamis (13/1).
Ny. Koster meninjau Pertenunan Artha Dharma di Jalan Raya Sinabun, Singaraja. Dia disambut pemilik pertenunan, I Ketut Rajin.
Ciri khas Pertenunan Artha Dharma adalah perpaduan songket dan endek dengan pewarnaan alami. Selain hasil produksi berupa kain untuk kamen dan baju, Pertenunan Artha Dharma juga memproduksi tas berbahan kain endek dan songket serta sovenir berupa kotak tisu.
Ny. Koster tampak sangat antusias melihat-lihat hasil produksi di galeri pertenunan ini. Dia menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas usaha yang ditekuni Ketut Rajin. Pasalnya, selain memiliki nilai ekonomi, usaha ini juga berkaitan dengan tanggung jawab pelestarian tenun tradisional Bali. “Ini karya yang luar biasa, saya berterima kasih sekali,” ucapnya.
Namun, pendamping orang nomor satu di Bali itu mengingatkan agar pemilik pertenunan Artha Dharma menjual hasil produksi dengan harga yang pantas. Anjuran itu ditujukan pula bagi pelaku usaha tenun lainnya. Dia menyarankan perajin tidak mencari keuntungan terlalu banyak dengan menetapkan harga yang terlalu mahal.
“Coba kalkulasi berapa biaya produksi, lalu tetapkan harga jual dengan prosentase keuntungan agar harga jual tak terlalu mencekik konsumen. Misalnya patok keuntungan 30 persen dari biaya produksi, jangan mencari untung hingga 100 bahkan sampai 300 persen. Coba cari harga yang pantas,” katanya.
Dengan demikian, kata dia, konsumen tidak merasa kaget dan cenderung takut untuk membeli produk tenun ketika melihat label harga.
Sebagai Ketua Dekranasda, dia memandang perlu melakukan edukasi terkait penetapan harga jual mengingat dewasa ini konsumen sudah melek dan tak bisa lagi dibodohi. Seluruh perajin diharapkan memahami hal itu agar usaha mereka bisa berkembang. “Kalau harganya pantas, pasti banyak yang beli. Modal juga cepat berputar,” tandasnya.
Pada bagian lain, perempuan yang dikenal memiliki multitalenta ini kembali mengingatkan tanggung jawab pelestarian yang harus diemban oleh para perajin. Oleh sebab itu, ia minta para perajin tetap mempertahankan alat tenun cagcag sebagai warisan leluhur.
Agar keberadaannya tidak punah, Ny. Koster berencana mengadakan lomba menenun menggunakan alat tenun tradisional ini. “Saya selalu menjelaskan kepada tamu dari luar bahwa tenun sambungan itu adalah hasil cagcag dan itu kualitasnya paling baik. Mereka kan kadang protes, kenapa tenunnya sambungan. Kita harus bisa menjelaskan kalau itu hasil dari tenun yang menggunakan alat cagcag dan itu istimewa,” katanya.
Dalam kunjungannya, Ny. Koster juga sempat melihat para pekerja yang sedang menenun kain songket dan endek. Dia berharap ke depannya ada regenerasi para penenun agar keberadaan kain tenun tradisional Bali tak terancam punah. Selain itu, dia juga menggugah minat kaum laki-laki untuk menekuni pekerjaan menenun. (bgn003)22011314