Denpasar, Baliglobalnews
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Bali, Ny. Koster, mensoosialisasikan pentingnya menjaga kesehatan mental. Kali ini, melalui webinar dari Gedung Jaya Sabha Denpasar, pada Senin (21/3), Ny. Koster mensosialisasikan gangguan kesehatan mental.
Pendamping orang nomor satu Pemprov Bali itu mengatakan untuk meminimalkan terjadinya kecemasan dan gangguan mental yang nantinya mempengaruhi kesehatan jiwa, dilakukan melalui gerakan pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga yang disebut Gerakan PKK, gerakan dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, keseteraan dan keadilan gender, kesadaran hukum dan lingkungan.
Ny. Koster mengajak Tim Penggerak PKK kabupaten, kecamatan hingga desa untuk bersinergi dalam mewujudkan segala bentuk kegiatan yang berjalan seirama untuk mencapai tujuan kesejahteraan masyarakat, terutama yang mengacu kepada program unggulan TP PKK.
“Banyak permasalahan yang terjadi saat ini, namun sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya, sehingga orang lain tidak akan mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dibantu untuk meringankan beban orang tersebut. Hal inilah yang nantinya dapat memicu seseorang akan memilih untuk mengambil tindakan cepat untuk mengakhiri hidupnya. Saya ingin semua pihak untuk dapat saling perduli dengan lingkungan dan tetangganya, karena itulah fungsi kita menyama (bersaudara) untuk saling dapat memperhatikan dan meringankan beban orang lain,” katanya.
Dia mengajak masyarakat menjaga Bali dengan menjaga kesehatan diri sendiri terlebih dahulu, karena ketika wisatawan berkunjung dan datang ke Bali dengan disambut oleh masyarakat Bali yang sehat maka mereka juga akan merasa nyaman untuk berada di pulau seribu pura dan dikenal sebagai pulau surga ini. “Tidak ada salahnya untuk kita menjaga dan mencegah munculnya sakit mental dalam diri kita, karena mengobati tentu akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan memulai berpikir yang positif, berkata dan bertingkah laku yang positif pula kita mampu menjaga diri kita, keluarga kita bahkan orang lain yang ada dilingkungan terdekat untuk tetap sehat dan tidak terluka hatinya,” katanya.
Dengan menjaga kesehatan psikis, kata dia, fisik kita juga akan terlihat sehat dan segar yang secara langsung juga mempengaruhi kesehatan lahiriah, batiniah, jasmani, rohani dan spiritual.
Dua narasumber yakni Prof. LK Suryani dan Cokorda Bagus Jaya Lesmana mengatakan gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasinya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis) dengan gejala waham atau delusi, dimana seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan bersifat halusinasi, mengalami suasana hati yang berubah-ubah, perasaan sedih yang berlangsung dalam kurun waktu lama, mengalami gangguan makan dan perubahan pada pola tidur, sering marah berlebihan hingga melakukan kekerasan bahkan suka berteriak tidak jelas bahkan sampai memiliki ketergantungan pada obat-obatan terlarang.
Beberapa penyebab terjadinya gangguan mental di antaranya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, kelainan bawaan, kerusakan otak akibat benturan, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan, memiliki keluarga atau orangtua yang gangguan jiwa, kekurangan nutrisi, peristiwa traumatis, kehilangan orangtua atau disia-siakan pada usia kecil, kurang mampu bergaul dengan orang lain, perceraian atau perpisahan dengan pasangan dan perasaan rendah diri atau kesepian. Jadi dua penyebab gangguan mental baik itu faktor biologis maupun faktor psikologis sama-sama memiliki peran untuk dihindari.
Untuk mencegah terjadinya gangguan mental perlu dukungan banyak pihak agar kita tidak berdiri sendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul. Karena secara global pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke psikiater untuk melakukan psikoterapi, obat-obatan, rawat inap, dukungan grup dimana minimal dilakukan oleh anggota pengidap penyakit mental yang sudah dapat mengendalikan emosi dengan baik, stimulasi otak dengan melakukan terapi elektrokonvulsif, stimulasi magnetic transkranial, pengobatan eksperimental, pengobatan terhadap penyalahgunaan zat terlarang (NAPZA) dan yang terpenting adalah membuat rencana bagi diri sendiri, contohnya mulai mengatur gaya hidup dan kebiasaan sehari-hari untuk melawan penyakit mental. Dalam hal ini keluarga adalah komponen utama yang memiliki peran penting menjaga kesehatan mental. (bgn003)22032202