Denpasar, Baliglobalnews
Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Bali periode 2025-2029 I Made Suarta meyakini seluruh perguruan tinggi (PT) di Pulau Bali yang tergabung dalam asosiasi tersebut terus berkembang dan hebat di tengah persaingan global yang kini kian cepat.
“Dengan aturan yang ada, kami terus mendorong PT di Bali miliki akreditasi unggul, sehingga Aptisi ini menjadi rumah bersama dengan mengisi dekor yang positif. Sehingga, dapat terus berkembang dan hebat,” katanya kepada wartawan di Denpasar pada Kamis (23/10/2025).
Namun Suarta memandang perlu ada inovasi agar di masyarakat atau anak mudanya mau melanjutkan diri kuliah, sehingga keberadaan PT tetap hadir untuk masyarakat. “Jangan sampai PT minim peminat dan berangsur-angsur ditinggalkan masyarakat. Sehingga, perlu reformasi. Reformasi itu apakah dalam pembelajarannya, menata diri, dan introspeksi diri bagi lembaga. Sebab, masyarakat kita, nggak suka yang namanya monoton. Apalagi anak muda atau mahasiswa nggak suka lama-lama sekarang belajar atau berada di kelas,” katanya.
Menurut Suarta, kunci keluar dari kemiskinan dengan pendidikan. Karena, semakin tinggi pendidikan, maka wawasan semakin luas. Kemudian, terkait reformasi program studi yang ditawarkan PT harus unggul dan berbeda, sehingga masyarakat tertarik dengan kebutuhan kerja saat ini. “Saya contohkan, jangan membuat prodi yang sama. Buat apa yang betul-betul dan apa yang dibutuhkan oleh situasi sekarang ini. Atau prodi yang tidak ada dan dibutuhkan di daerah tersebut,” katanya.
Sementara Ketua Umum Aptisi Pusat Budi Djatmiko mengatakan tantangan terbesar PT adalah melakukan dan menyesuaikan teknologi informasi kekinian. “Setelah pemilihan Ketum Aptisi di Bali sukses, ke depan PT harus melihat artificial intelligence (AI) sebagai tantangan baru dan sebagai pesaing kampus-kampus. Apalagi sekarang menuju pola pemasangan implan chip otak, seperti digagas Elon Musk. Di sini kampus-kampus harus merespons, karena kemajuan itu akan cepat datang,” tegasnya.
Saat ini, kata dia, juga terjadi pergeseran yang tadinya kampus berbasis tembok, menjadi kampus berbasis cloud (awan) atau kuliah yang tidak mesti harus terus tatap muka. “Saat ini, tatap muka hanya untuk menyelesaikan masalah krusial saja. Namun, yang namanya transfer pengetahuan tidak harus bertemu,” katanya. (bgn008)25102314