Denpasar, Baliglobalnews
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali mendorong pemerintah daerah melakukan gerakan pasar murah (GPM) serta memperkuat kerja sama antar daerah (KAD), guna mengantisipasi kenaikan harga pangan menjelang Nyepi dan selama Bulan Ramadhan.
“Langkah ini bertujuan untuk memitigasi potensi kenaikan harga bahan pangan selama bulan Ramadhan dan perayaan Nyepi,” kata Kepala Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar pada Rabu (5/3/2025).
Secara spasial, kata dia, seluruh kota/kabupaten yang masuk dalam perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi secara bulanan. Kabupaten Tabanan mencatat deflasi terdalam sebesar -1,05% (mtm) dengan inflasi tahunan 1,23% (yoy), diikuti oleh Kabupaten Badung dengan deflasi -0,89% (mtm) dan inflasi tahunan 0,98% (yoy).
Sementara Singaraja mengalami deflasi bulanan -0,81% (mtm) dengan inflasi tahunan 0,27% (yoy), sedangkan Kota Denpasar mengalami deflasi bulanan sebesar -0,13% (mtm) dengan inflasi tahunan 1,70% (yoy).
Dia mengatakan deflasi di Provinsi Bali pada Februari 2025 terutama disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga serta kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
Secara spesifik, lanjunya, deflasi bulan ini dipengaruhi oleh diskon tarif listrik pascabayar untuk pemakaian bulan Januari 2025 yang masih tercatat pada bulan berjalan. Selain itu, harga komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai rawit mengalami penurunan seiring masuknya masa panen.
Ke depan, terdapat beberapa faktor yang perlu diwaspadai terkait inflasi, terutama peningkatan permintaan barang dan jasa dalam rangkaian HBKN, termasuk bulan Ramadhan, Hari Raya Nyepi, dan Idul Fitri. Selain itu, permintaan canang sari menjelang perayaan Nyepi juga berpotensi mendorong kenaikan harga.
Faktor lain yang berisiko meningkatkan inflasi adalah kenaikan harga daging dan telur ayam ras akibat tren kenaikan harga global jagung sebagai bahan baku pakan ternak sejak Juli 2024. Kenaikan harga emas perhiasan dan minyak goreng juga diprediksi terjadi seiring peningkatan harga emas global dan crude palm oil (CPO). “Sebagai langkah antisipatif, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Bali bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) terus memperkuat strategi pengendalian inflasi,” katanya.
Sejalan dengan hasil rapat High Level Meeting (HLM) TPID se-Provinsi Bali pada 17 Februari 2025, KPw BI mengajak seluruh pihak untuk menjaga stabilitas harga dan meningkatkan ketahanan pangan melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian. Untuk itu, upaya yang akan dilakukan mencakup penguatan regulasi perlindungan lahan pangan berkelanjutan, mitigasi alih fungsi lahan, peningkatan sistem pengairan, implementasi benih unggul, serta perluasan hilirisasi sektor pertanian.
Selain itu, efisiensi rantai pasok akan ditingkatkan melalui kolaborasi antara petani, penggilingan, perumda pangan, dan sektor hotel, restoran, dan kafe (Horeka). Regulasi optimalisasi penggunaan produk lokal oleh Horeka di daerah juga akan diperkuat. “KPw BI Provinsi Bali terus memperkuat sinergi dengan seluruh kabupaten/kota di Bali dalam mengimplementasikan strategi 4K pengendalian inflasi, yaitu Keterjangkauan Harga, Ketersediaan Pasokan, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. Masyarakat juga diimbau untuk menerapkan pola belanja bijak guna menghindari kelangkaan bahan pokok yang dapat mendorong kenaikan harga,” katanya.
Dengan implementasi kebijakan 4K serta partisipasi aktif seluruh pihak, Bank Indonesia optimis inflasi di Provinsi Bali sepanjang 2025 tetap terkendali dalam kisaran target inflasi nasional sebesar 2,5% ±1%.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, perkembangan harga gabungan kabupaten/kota perhitungan inflasi di Provinsi Bali pada Februari 2025 mengalami deflasi sebesar -0,57% (mtm). Angka ini lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya yang juga mencatat deflasi sebesar -0,02% (mtm). Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun menjadi 1,21% (yoy) dari 2,41% (yoy) pada Januari 2025.
Secara umum, inflasi pada Februari 2025 di Provinsi Bali tetap terkendali. Namun, menjelang rangkaian Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), beberapa komoditas bahan pangan mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi. (bgn008)25030518