Badung, Baliglobalnews
Ketua PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Kabupaten Badung, IGN Rai Suryawijaya, sangat mengapresiasi kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Bali.
Dalam kunjungan kerja pada Selasa (16/3) tersebut, Presiden Jokowi meninjau pelaksanaan vaksinasi Covid-19 secara massal yang dipusatkan di Puri Saren Agung, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dan di Harris Hotel & Residences Sunset Road, Kota Denpasar. Vaksinasi utamanya ditujukan bagi para pekerja publik khususnya pelaku industri pariwisata, pemuka agama, perwakilan budayawan, perwakilan pemuda, dan masyarakat setempat.
“Saya sangat mengapresiasi kunjungan kerja Bapak Presiden di tengah keterpurukan kehidupan kita akibat pandemi Covid-19. Apalagi Bapak Presiden menyetujui usulan kita agar pariwisata internasional Bali segera dibuka. Bapak Presiden akan membukanya pada Juni atau paling lambat Juli mendatang,” kata Suryawijaya Rabu (17/3) ketika dimintai tanggapan atas kunjungan Presiden tersebut.
Wakil Ketua DPD PHRI Bali itu menyatakan situasi saat ini sangat luar biasa terpuruk akibat dari pandemi Covid-19 ini. Pasalnya, kata dia, pendapatan Bali sangat bergantung pada pariwisata yang mencapai 70 persen, sementara dari pertanian 18 persen dan industri UMKM/IKM berada di angka 12 persen.
“Kita sangat bangga dengan Presiden yang mau mendengarkan usulan yang kita ajukan, dengan segera akan membuka penerbangan internasional, karena 1.280.000 dari 4,3 juta penduduk Bali menggantung hidup dari pariwisata,” katanya.
Dia menyebutkan ada tiga usulan dalam mengatasi dampak pandemi Covid-19, pertama vaksinasi dengan target 70 dari jumlah penduduk, sehingga timbul herd immunity yang akan berdampak pada self confidence. Kedua, pembukaan penerbangan yang sudah direncanakan pada bulan Juni atau paling lambat Juli. Ketiga, soft loan Rp 9,5 triliun.
“Soft loan ini sebagai stimulus, karena pengusaha perlu modal. Pada properti misalnya, coba Anda bayangkan, setahun hotel tidak beroperasi, tentu banyak yang rusak, karena tidak terpakai. Untuk renovasi paling tidak butuh seratus juta. Ini cukup memprihatinkan. Belum lagi karyawan yang dulu beli motor 12 juta untuk sarana kerja, sekarang dijual 6 juta untuk kebutuhan hidup,” katanya.
Selain tiga zona hijau yang telah ditetapkan yakni Sanur, Nusa Dua, dan Ubud, Suryawijaya juga memandang yang lebih penting adalah Kuta yang menjadi barometer pariwisata Bali. “Kuta juga harus dijadikan zona hijau, karena Kuta adalah sentra bisnis di Bali yang menjadi the most favorite tourism in the world. Kuta itu hajat hidup orang banyak, terutama orang lokal,” katanya.
Dari pengalaman pandemi Covid-19 ini, Suryawijaya menyarankan pemerintah dan masyarakat agar lebih responsif, resillient, lebih moralis. “Juga solid bersama seluruh stakeholder pariwisata meliputi empat pilar pariwisata, yakni destinasi, industri, kelembagaan, dan pemasaran,” tandasnya. (bgn003)21031801