Desa Tibubeneng Targetkan 2026 Setiap Rumah Tangga Sudah Miliki Teba Modern
Badung, Baliglobalnews
Kepala Desa (Perbekel) Tibubeneng I Made Kamajaya menargetkan pada tahun 2026 setiap rumah tangga dan tempat usaha di desa sudah memiliki minimal satu lubang sibiomasi atau teba modern.
“Tahun ini ditargetkan bisa membuat sekitar 700 lubang sibiomasi. Dimana program ini efisien dan ramah lingkungan, karena tidak menimbulkan bau. Untuk biaya pembuatan per lubang Rp1,5 juta hingga Rp 1,7 juta, yang sepenuhnya ditanggung dari anggaran desa maupun jika ada dukungan CSR (corporate social responsibility), sedangkan warga cukup menyediakan lahan,” katanya.
Dia menjelaskan pihaknya kini gencar mendorong masyarakat melakukan pemilahan sejak rumah tangga melalui program lubang sibiomasi atau teba modern untuk sampah organik, sekaligus menggandeng pihak swasta untuk penanganan sampah plastik. “Tim teknis kami yang akan membuat lubang, sedangkan masyarakat hanya menyediakan lahan. Lubang ini ramah lingkungan karena menggunakan aktivator sehingga sampah bisa terurai oleh bakteri, bahkan dalam enam bulan masih bisa dipanen jadi pupuk kompos,” katanya.
Program ini dikukuhkan secara simbolis bersama Wakil Bupati Badung Bagus Alit Sucipta dan istri Bupati Badung Nyonya Adi Arnawa selaku Duta Sampah Kabupaten Badung saat membuat lubang sibiomasi di salah satu rumah warga di sekitar Jalan Pantai Berawa, Canggu, Kuta Utara, Badung.
Sejak 2023 hingga 2024, kata dia, Desa Tibubeneng tercatat telah memetakan sekitar 1.150 lubang sibiomasi. “Yang saat ini sudah sekitar 1.150 sampai di induk yang sudah kami canangkan, yang sudah kami programkan di anggaran induk terakhir, mulai dari 2023-2024,” jelasnya.
Dengan cara itu, kata dia, sampah organik tidak perlu lagi diangkut keluar desa, melainkan dapat langsung dikelola di rumah masing-masing. “Harapan kami, seluruh rumah tangga sudah punya lubang sibiomasi pada 2026, sehingga sampah bisa dikelola langsung dari sumbernya,” katanya.
Selain sibiomasi, Desa Tibubeneng juga tengah merancang pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R). Namun rencana ini masih menghadapi kendala karena adanya penolakan dari sebagian warga yang khawatir dengan dampak bau.
“Kami sudah sedang mempelajari dan merancang akan membuat TPS3R dan memang dari sekian Desa yang sudah membuat, kami salah satu yang belum karena masalah tempat. Selama ini kami di sana-sini mengalami penolakan dari masyarakat karena masih banyak yang berpikir sampah itu nantinya akan menimbulkan bau,” ucapnya.
“Tapi dengan teknologi yang terbaru, yang sudah kami lakukan pendekatan dari beberapa partner, nanti mudah-mudahan tahun 2025 di APBD perubahan atau setidaknya APBD Induk di 2026 kami sudah bisa mewujudkan pengelolaan sampah atau TPS3R ini, sehingga nanti sampah itu akan tuntas di desa kami, seperti yang diusung Gubernur Bali, Wayan Koster: Desaku Bersih Tanpa Mengotori Desa lain,” lanjutnya.
Dia menuturkan, produksi sampah di Desa Tibubeneng diperkirakan mencapai 30 hingga 40 ton per hari. Jumlah itu sebagian besar berasal dari aktivitas rumah tangga dan usaha pariwisata yang berkembang pesat di kawasan ini. (bgn008)25082009