Media Informasi Masyarakat

MDA Tegaskan Tidak Ada Larangan Menaruh Ogoh-ogoh di Pinggir Jalan oleh Pemkot Denpasar.

Denpasar, Baliglobalnews

Majelis Desa Adat (MDA) Kota Denpasar angkat bicara soal viral terkait pemberitaan yang menyebutkan bahwa ogoh-ogoh dilarang dipajang di pinggir jalan. Dimana, pihaknya menyebutkan bahwa dalam forum rapat dimanapun tidak pernah ada kesimpulan yang berkaitan dengan pelarangan memajang ogoh-ogoh di pinggir jalan jelang malam Pangerupukan.

Ketua MDA Kota Denpasar AA Ketut Sudiana menjelaskan bahwa MDA Kota Denpasar selalu dilibatkan dalam pelaksanaan rapat koordinasi berkaitan dengan rangkaian Hari Suci Nyepi. Dimana, dalam setiap rapat baik yang diselenggarakan Pemerintah Kota Denpasar atau Kapolresta Denpasar tidak pernah ada kesimpulan untuk melarang pemajangan ogoh-ogoh di pinggir jalan menjelang malam Pangerupukan.

“Saya rasa tidak ada larangan itu (menaruh ogoh-ogoh di pinggir jalan menjelang malam pangerupukan), di berbagai forum pun tidak pernah diatur, baik rapat di Pemkot Denpasar maupun yang di Polresta, hanya saja diimbau agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat, dan kami meyakini bahwa ST dan masyarakat sudah sangat paham hal itu,” ujarnya.

Dia menyebutkan pelaksanaan ritual tawur kesanga serta pengarakan ogoh-ogoh diatur sepenuhnya oleh desa adat. Hal tersebut tentunya disesuaikan dengan dresta yang berlaku. Namun demikian, secara teknis pelaksanaan pengarakan ogoh-ogoh juga mempedomani Perda Kota Denpasar Nomor 9 Tahun 2024 tentang Pelestarian Ogoh-ogoh. Dimana, pengarakan ogoh-ogoh dapat dimulai pukul 16.00 Wita hingga pukul 00.00 Wita dengan tidak menggunakan sound system.

Sudiana juga mengimbau masyarakat agar memedomani sumber informasi yang terpercaya, di antaranya Pemerintah Kota Denpasar, MDA Kota Denpasar, desa adat, banjar adat hingga yowana desa dan banjar adat, sehingga pihak-pihak yang tidak berkepentingan agar tidak memberikan informasi yang menimbulkan kegaduhan serta tidak dapat dipertanggungjawabkan. “Kreativitas ogoh-ogoh ini adalah sangat baik, dan diharapkan dapat mengembangjan kreasi karya seni budaya para yowana untuk mendukung upacara pengerupukan sebagai simbol nyomia bhuta kala, dan untuk pariwisata budaya,” ujarnya. (*/bgn003)25032008

Comments
Loading...