Denpasar, Baliglobalnews
Pertamina Patra Niaga menargetkan dapat menciptakan bahan bakar B50 atau campuran solar dengan biodiesel dari minyak sawit dengan perbandingan 50:50 pada di tahun 2026.
“Kita berharap melanjutkan ke B50 pada 2026, dan bahkan B100 di masa depan. Selain itu, kita harus mempersiapkan ini untuk mendapatkan energi yang berkelanjutan,” kata Manajer Industrialisasi Sales Pertamina Patra Niaga, Samuel Hamonangan Lubis, dalam acara International Conference on Oil Palm and Environment (ICOPE) Series 2025 Day 3, di Sanur, Denpasar, pada Jumat (14/2/2025).
Dia menjelaskan pentingnya biodiesel berkelanjutan bagi masa depan Indonesia. Mengingat bioenergi berpotensi untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang dinilai berdampak bagi keberlangsungan hidup.
Dia menyebutkan Pemerintah Indonesia per 1 Januari 2025 telah menerapkan campuran biodiesel B40 yang merupakan langkah besar menuju ketahanan energi. Pemanfaatan bio energi ini akan terus dilakukan pada tahun depan, di mana pemerintah akan mulai melakukan penelitian untuk B50.
Namun, perjalanan menuju keberlanjutan tidak tanpa rintangan. Samuel mengidentifikasi dua masalah utama, antara lain skala ekonomi dan kendala teknis. “Pemerintah memberikan insentif positif bagi petani dan produsen, sehingga produksi biodiesel meningkat, tapi isu teknis tetap ada,” katanya.
Data menunjukkan peningkatan signifikan dalam realisasi penggunaan biodiesel dari 9,4 juta kiloliter pada 2021 menjadi 15,61 juta kiloliter pada 2025. Sementara pada 2026 diproyeksikan akan ada penggunaan biodiesel mencapai 19,52 juta kiloliter dengan nilai Rp 290 triliun. “Ini adalah peluang besar bagi petani dan produsen,” katanya.
Dia menyebutkan harga biodiesel juga menjadi tantangan besar, dengan harga sekitar Rp22.650 – Rp22.900 per liter sesuai wilayah. Sementara untuk diesel jenis Dexlite Rp14.600 per liter dan Pertamina Dex Rp14.800 per liter, artinya lebih murah daripada biodiesel.
“Pelanggan mengeluh soal harga, dan produsen perlu menstabilkan harga agar tetap terjangkau oleh masyarakat. Jika tidak terjangkau, industri akan mati. Kita tidak bisa menunggu,” katanya. (bgn008)25021507